DALAM sebulan terakhir, republik ini disibukkan dengan segala bentuk kecurangan yang dilakukan pihak-pihak tertentu. Mulai dari bahan bakar minyak (BBM) yang dioplos, hingga takaran kebutuhan hidup yang tidak sesuai label.
Miris! Agaknya itulah kata yang paling tepat melihat kondisi demikian. BBM yang menjadi urat nadi bagi kendaraan bermotor dioplos, sehingga mengakibatkan kendaraan masyarakat mogok dan rusak. Tak hanya dioplos, ada lagi yang terbaru, yakni takaran dari dispenser SPBU ada yang kurang dari ukuran sesungguhnya.
Kemudian ada pula kecurangan pada minyak goreng. Pada label tertulis satu liter, malah dalam praktiknya cuma 750-800 mililiter saja. Artinya isi tiap satu liter kurang antara 200-250 mililiter. Bayangkan kerugian yang diderita masyarakat sebagai konsumen.
Belum cukup derita masyarakat sampai di situ. Ada lagi praktik kecurangan pihak tertentu yang merugikan masyarakat. Beras ukuran 5 kilogram malah ketemunya 4 kilogram.
Ini baru tiga item kebutuhan masyarakat. Kita agak yakin, masih ada produk atau kebutuhan masyarakat lainnya yang tidak sesuai kemasan dengan isi. Bukankah rata-rata kebutuhan primer masyarakat dibeli dalam kemasan yang memiliki takaran? Ada takaran berat dan ada takaran volume.
Selama ini masyarakat selaku konsumen terlalu percaya kepada produk yang dibeli, baik di pasar, toko, swalayan dan mal. Jarang sekali yang menimbang atau menakar kembali di rumah.
Apakah karena konsumen terlalu percaya kepada produk-produk kebutuhan harian sehingga produsen atau oknum tertentu bersilantas-angan saja mau berbuat curang? Atau karena ingin mendapatkan keuntungan besar? Jawabnya bisa begitu!
Pertanyaan berikutnya, kenapa harus mencurangi konsumen? Jawabnya karena konsumen pihak yang lemah, bukan? Konsumen adalah pihak yang butuh, sehingga diyakini tidak akan melakukan uji petik di rumah.
Benar, jarang sekali masyarakat selaku konsumen melakukan uji petik terhadap produk yang baru dibeli. Sebab, rata-rata konsumen tidak punya timbangan atau alat ukur lainnya.
Dalam Agama Islam, menipu pembeli adalah dosa besar. Janganlah kekurangan takarannya ratusan mililiter, sepuluh mililiter saja sudah berdosa. Karenanya, alat ukur yang dipergunakan para pedagang, apalagi produsen, haruslah dikalibrasi dan ditera ulang.
Karena itu kita berharap kasus-kasus curang yang terjadi hari ini harus diusut tuntas hingga ke hulunya. Lebih dari itu, pihak berkompeten sudah saatnya melakukan razia terhadap alat ukur pedagang hingga produsen, supaya konsumen tidak lagi dicurangi. (Sawir Pribadi)