Faktual dan Berintegritas


HARI ini adalah hari-hari duka bagi semua kementerian dan lembaga. Sebab, anggaran untuk tahun 2025 ini direkonstruksi. Boleh dikatakan, nyaris tak ada menteri di Kabinet Merah Putih yang bisa tersenyum polos lantaran pemotongan anggaran tersebut.

Menyimak pemberitaan-pemberitaan dalam beberapa hari terakhir, ada miliaran rupiah pengurangan anggaran di tiap kementerian dan lembaga (K/L). Bahkan, pemerintah provinsi hingga kabupaten/kota pun ikut merasakan dampaknya.

Memang, Presiden Prabowo Subianto sejak awal sudah wanti-wanti akan melakukan efisiensi dalam penggunaan uang negara. Ia minta kepada semua pejabat negara untuk mengurangi belanja perjalanan luar negeri dan luar wilayah. Begitu juga terhadap belanja yang tidak penting.

Selama ini perjalanan luar negeri dan luar daerah atau luar wilayah menjadi surga tersendiri bagi pejabat. Selain melaksanakan kedinasan, bisa cuci mata, dapat pula keuntungan finansial. Ibarat belalang dapat menuai. Presiden Prabowo kini minta itu dibatasi.

Bukan hanya sekadar permintaan lisan, Prabowo pun mengeluarkan Inpres nomor 1 tahun 2025 tentang Efisiensi APBN dan APBD 2025. Ini adalah dasar hukum bagi pejabat kementerian dan lembaga dalam memanfaatkan APBN dan APBD ke depan.

Sepertinya banyak pejabat yang tidak siap dengan langkah Prabowo tersebut. Namun karena itu adalah instruksi Presiden, maka mau tak mau, rela tak rela harus dilaksanakan. Mungkin ada yang pasrah, tapi tak rela.

Melakukan efisiensi terhadap APBN atau APBD ini adalah sebagai ujian terhadap nilai-nilai kebangsaan para pejabat. Jika selama ini banyak yang ‘menerima’ dari negara, sekarang harus berpikir lebih keras bagaimana memanfaatkan anggaran kecil untuk menjalankan roda pemerintahan lebih maksimal dari sebelumnya.

Bekerja dengan didukung anggaran besar agaknya semua orang bisa. Namun, bekerja dengan anggaran kecil guna mendapatkan nilai manfaat maksimal, tentu hanya bisa dilakukan orang-orang pilihan.

Ingat, Presiden Prabowo mengambil langkah efisiensi anggaran itu untuk membantu masyarakat kecil. Anak-anak sekolah yang selama ini kurang mendapatkan asupan gizi lengkap, sekarang akan dicukupi dengan program makan bergizi gratis. Begitu juga dengan ibu hamil dan menyusui. Sepanjang usia negara, sekaranglah program ini dilakukan, tentu wajib didukung oleh semua pihak.

Oleh karena itu, kinilah saatnya memberi manfaat kepada bangsa dan negara. Jangan lagi bekerja dengan motivasi kekayaan diri dan golongan. Ingat pesan John Fitzgerald Kennedy: “Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu.” (Sawir Pribadi)


 
Top