Faktual dan Berintegritas


Laporan Sawir Pribadi - Mekah, Arab Saudi 

"HAJ...Haj...Toriq... Teriakan itu sering sekali terdengar dari Askar atau petugas keamanan Masjidil Haram, Mekah. Siapapun yang salah masuk, salah tegak ataupun salah duduk, akan mendapatkan kalimat demikian. Atau mungkin juga yang dekat.

Dengan muka yang terkesan sangar mereka menyuruh pergi. Bahwa tempat yang dimasuki atau dijadikan posisi untuk shalat masih belum boleh diisi. Mereka sangat disiplin, para jemaah disuruh mengisi tempat yang masih tersedia terlebih dahulu.

Kata kita, jika ada tempat kosong yang lebih dekat kan lebih bagus diisi. Ya, kata kita memang demikian, tapi kata mereka tidak. Mereka akan memenuhkan tempat yang diprioritas terlebih dahulu. Setelah itu akan berentet terus hingga semua kawasan terisi penuh.

Jika semua sudah penuh, tak ada lagi tempat shalat, maka shalat di mana saja boleh. Ada di depan toko, shalat di sana. Di trotoar atau pinggiran jalan boleh juga.

Shalat di emperan, trotoar atau pinggir jalan sekalipun jangan takut celana yang dijahit dengar biaya mahal akan kotor. Semua tempat di sekitaran Masjidil Haram sudah bersih. Tempat itu tiap sebentar disapu. Sapunya bukan sapu ijuk, bukan sapu plastik dan bukan pula vacuum cleaner bentuk yang ada di rumah. 

Sapunya penyapu Masjidil Haram itu pakai mesin. Besarnya sebesar mesin giling jalan yang kecil itu atau sebesar oto carry. Setiap akan masuk waktu shalat, petugas cleaning servis sudah bekerja membersihkan semua tempat. 

Para petugas keamanan Masjidil Haram atau Askar, bertugas sesuai SOP-nya. Mereka pun berkoordinasi dengan petugas kebersihan.

Ketika petugas mau melaksanakan pembersihan, para Askar pasti akan menyuruh jemaah untuk pindah ke tempat lain. Bagi mereka tidak ada tawar menanawar. Oo, jemaah yang sudah tua, pakai kursi atau kursi roda, jika salah masuk atau salah duduk pasti ditindak, disuruh pindah. Apatah lagi jemaah-jemaah muda berdegap.

Di Masjidil Haram tak ada kolusi apalagi belas kasihan. Para Askar tak kenal dengan anggota dewan, gubernur, kemenakan gubernur, tim sukses, anak bupati atau kawan menteri sekalipun. Jika sudah diusir, ya harus ikuti saja ke mana mereka arahkan.

Ratusan banyaknya Askar yang ditempatkan di Masjidil Haram, selalu berkoordinasi satu sama lain. 

Haj..., toriq. Artinya penziarah ayo jalan. Jangan tegak-tegak juga di sana. Atau jangan duduk di sana. Silahkan berdiri. Ikuti sajalah arahannya. Bersipakak saja kita, maka makin lama suara sang Askar semakin tinggi dan keras dan terkesan membentak. Mau melawan? Tidak akan bisa. Sekeras jemaah bertahan, akan lebih keras pula sang Askar menyuruh pindah. Tak bisa sendiri, berdua mereka mengusir. Begitulah!

Di tengah keramaian Masjidil Haram, terlihat sekali pekerjaan Askar semakin sibuk dan berat. Itu berlangsung 24 jam. Entah berapa kali shift mereka bekerja. Ada yang menyebut 3 kali shift. Yang jelas, sampai imam mengangkat takbir, mereka masih bekerja. Mereka baru shalat, ketika semua sudah tenang. (*)

 
Top