Faktual dan Berintegritas

Laporan Sawir Pribadi dari Mekah, Arab Saudi

  

MENGUNJUNGI Tanah Suci Mekah dan Madinah adalah impian semua umat Muslim di dunia. Tak bisa dengan cara berhaji, dengan umrah jadi juga. 

Berkat izin Allah, saya berkesempatan menunaikan ibadah umrah. Menggunakan Biro Perjalanan Umrah Cordoba dan Maskapai Citiling jenis A330, berangkat dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM) tanggal 15 Desember siang, sampai di Jeddah tengah malam. Berikut laporan yang coba diringkas seadanya. Selamat membaca

----

Desember adalah bulan liburan bagi sebagian besar masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Tidak hanya anak sekolah, sebagian pekerja hingga pegawai pemerintah juga mengambil cuti di Desember.

Alasan masyarakat mengambil cuti di Bulan Desember adalah menemani anak-anak dan keluarga berlibur. Masuk akal sekali!

Masyarakat tidak hanya berpikir bagaimana melakukan refreshing fisik di saat libur, merefreshing batin atau jiwa juga penting dilakukan. Tak peduli biaya mahal, demi mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, kerja keras dan menabung pun dilakukan. Karena itu, tidaklah mengherankan saat ini Tanah Suci Mekah crowded (penuh sesak) oleh umat. Mereka datang dari berbagai belahan dunia.

Sejumlah orang yang sempat ditanya terkait begitu ramainya Masjidil Haram di Kota Mekah Arab Saudi, ada yang berpendapat nyaris tak jauh beda dengan musim haji. Lebih terasa di Hari Jumat hingga Minggu. Sebab, hari itu adalah libur bagi pegawai dan pekerja di Arab Saudi.

"Ini sudah hampir mirip dengan musim haji. Sejak usai Covid-19, Masjidil Haram benar-benar penuh sesak," kata seorang mutawwif bernama Abdul Hakim.

Pria asal Madura, Jawa Timur ini hampir tiap minggu ada di dua Kota Suci; Mekah dan Madinah. Ia menyebut akhir-akhir ini Masjidil Haram sangatlah sesak oleh pengunjung. 

Situasi crowded sangat terasa pada shalat Subuh dan Magrib, terutama saat pulang dari Masjidil Haram. Bayangkan, penginapan atau hotel yang cuma berjarak sekitar 150 meter bisa ditempuh berjalan kaki sampai 10-15 menit. Padahal untuk perjalanan pergi ke masjid itu hanya butuh waktu 5 hingga 7 menit saja. Hal yang sama terjadi pada hari Jumat.

Di sekitaran Kakbah, situasi lebih crowded lagi. Walau otoritas setempat telah memberlakukan aturan bahwa yang boleh shalat di sekeliling Kakbah hanya yang berpakaian Ihram, namun tetap saja penuh sesak. Ada saja yang mengakali dengan memakai pakaian ihram demi bisa shalat di depan Kakbah.

Hal yang sama pun terjadi pada lokasi Sa'i antara Shafa dan Marwa. Di dua bukit tersebut, massa menumpuk berdoa, sehingga menghalangi yang lain.

Di dalam Masjidil Haram, dua jam sebelum waktu shalat masuk telah penuh oleh jemaah. Begitu juga di pelataran depan hingga melimpah keluar batas masjid. Bahkan tak jarang ada yang shalat dari depan hotel, mengikuti suara imam yang sayup-sayup sampai.

Justru itu, jemaah yang ingin kebagian tempat di dalam masjid harus berjuang untuk datang dua jam lebih awal. Jika tidak, jangan harap akan bisa masuk, dipastikan mencari emperan di luar batas wilayah Masjidil Haram.

Soal crowded di Masjidil Haram, menurut cerita sejumlah pedagang, puncaknya terjadi pada Ramadhan. Saking ramainya jemaah, pengusaha hotel pun ambil kesempatan untuk menaikkan tarif berlipat-lipat dari harga normal. (*)

 
Top