Faktual dan Berintegritas

 


PADANG -- Bukti sejarah perkeretaapian yang panjang di Kota Sawahlunto pada masa kolonial Belanda menarik perhatian seorang ahli dari Belanda, Gerrad de Graaf untuk menelusuri lebih lanjut. Ketertarikan Gerrad dalam menelusuri sejarah kereta api di Kota Sawahlunto disambut baik oleh pemerintah setempat. Hasil penelusuran tersebut terbit dalam bentuk sebuah buku berbahasa Indonesia yang diluncurkan pada acara “Launching Buku Kereta Tambang di Hindia Belanda” di Museum Kereta Api Kota Sawahlunto.

“Kami dari Pemerintah Kota Sawahlunto menyambut baik ini karena informasi yang ada di buku itu, kata Pak Gerrad 80 persen walaupun judul bukunya Kereta Api Hindia Belanda, tapi di Sumatera Barat,” ungkap Hilmed, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Sawahlunto, Rabu (2/10).

Lebih lanjut, menurut Hilmed, area B Ombilin Coal Mining Heritage merupakan salah satu lokasi yang diakui sebagai Situs Warisan Budaya Dunia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Area B tersebut dahulunya merupakan jalur transportasi batu bara dari Padang ke Sawahlunto dan sebaliknya.

Peluncuran buku Kereta Tambang di Hindia Belanda ini pun sejalan dengan tujuan dari pemerintah setempat untuk mempromosikan Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO di Kota Sawahlunto. Keunggulan Kota Sawahlunto sebagai salah satu Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO ini tentu merupakan sebuah nilai tambah dalam menunjang sektor pariwisata dan budaya.

“Ini sangat signifikan dengan tujuan kita untuk mempromosikan Ombilin Coal Mining Heritage yang terdiri dari tujuh kabupaten/kota di Sumatera Barat. Tentu kami sangat menyambut baik karena dengan adanya buku ini, seluruh dunia akan tahu bagaimana dulu aktivitas tambang dan transportasi hasil tambang ke luar,” lanjut Hilmed.

Buku karangan Gerrad awalnya berbahasa Belanda dimana kemudian diminati banyak pihak sehingga muncul permintaan alih bahasa ke Indonesia. Proses alih bahasa ini dipercayakan kepada Eddy Setio Hardono, perwakilan dari Stoomtrein Katwijk Leiden dengan mencari penerjemah dari Kedutaan Belanda.

“Banyak peminat ingin diterbitkan ke bahasa Indonesia, mengingat isinya buku ini hampir 90 persen tentang Indonesia beserta Sawahlunto. Kemudian, Pak Gerrad mendapatkan kesulitan bagaimana menerjemahkan ke bahasa Indonesia. Saya carikan penerjemah dari Kedutaan Belanda yang menerjemahkan ke Bahasa Indonesia,” ujar Eddy.

Sementara itu, Gerrad selaku penulis buku Kereta Tambang di Hindia Belanda pun menyampaikan kepuasan hatinya selama melakukan penelusuran sejarah. Meskipun sulit, namun Gerrad menikmati perjalanannya dalam menyusun buku ini. Ia berharap perhatian lebih dari pemerintah dalam pengelolaan Ombilin Coal Mining Heritage sebagai salah satu warisan budaya dunia.

“Saya berharap ke depannya pemerintah akan mau menginvestasikan dananya di sini. Melatih orang-orang menjadi pemandu yang lebih ahli di museum, meningkatkan pendanaan untuk mendukung fasilitas di kota, bangunan, dan rel kereta api itu sendiri,” jelas Gerrad. (kmf)

 
Top