Faktual dan Berintegritas


SUDAH cukup lama rasanya tidak terlihat adanya orang Minang duduk di kabinet. Setidaknya selama 10 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sepi dari putra Minang di kabinetnya.

Kita memang tidak menutup mata bahwa pada periode pertama kepemimpinan Presiden Jokowi, Archandra Tahar yang pernah menjadi Wakil Menteri ESDM selama 3 tahun (14 Oktober 2016 - 20 Oktober 2019) dan bahkan menjadi menteri ESDM selama 19 hari. Agaknya inilah jabatan terpendek sepanjang sejarah, yakni dari 27 Juli 2016 hingga 15 Agustus 2016.

Sebelumnya pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih ada urang awak yang menjadi Menteri. Terlebih di  Era Orde Baru, setiap periode kepemimpinan negara, putra Minang senantiasa memberi warna perjalanan bangsa Indonesia.

Apakah sekarang orang Minang sudah tenggelam? Ataukah selama ini sengaja ditenggelamkan? Entahlah! Realitanya memang kabinet Jokowi selama ini hambar orang Minang.

Dari catatan politik, suara presiden terpilih di Sumatera Barat memang jauh dari harapan. Dua kali Pemilu, Jokowi selalu kalah.

Sekadar mengingat masa lalu, pada Pemilihan Presiden 2014, ketika Jokowi berpasangan dengan Jusuf Kalla, suara warga Sumatera Barat 2014 untuk pasangan ini hanyalah 23,08 persen. Dari 34 provinsi, Sumbar adalah provinsi dengan perolehan suara terkecil. Sedangkan pada Pilpres 2019, saat Jokowi berpasangan dengan KH Ma’ruf Amin, perolehan suara pasangan ini dari Sumbar justru lebih anjlok lagi, yakni 14,02 persen.

Lalu, pada pemilihan presiden Februari 2024 lalu, pasangan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka juga kalah di Sumatera Barat. Suara pasangan itu berada di posisi kedua setelah pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

Dengan kenyataan ini, akankah putra-putra terbaik Sumbar atau Minangkabau akan masih tenggelam? Ini akan masih menjadi teka teki oleh kita semua sampai Prabowo mengumumkan kabinetnya sehari setelah pelantikan 20 Oktober nanti.

Satu hal yang perlu dipuji bahwa masyarakat Minangkabau adalah masyarakat yang sangat tahu diri. Paham dengan kondisi yang terjadi. Karena memang berada di pihak yang kalah dalam pemilu, maka tidak ada alasan untuk berharap putra Minang duduk di kabinet Prabowo-Gibran nantinya.

Sebaliknya, masyarakat Minangkabau yakin bahwa Prabowo adalah prajurit sejati yang senantiasa objektif dalam menilai sesuatu. Ia diyakini tidak akan selalu berpedoman kepada peta kemenangannya pada pilpres, melainkan akan melihat potensi seseorang untuk didudukkan sebagai menteri dan setingkatnya. Kalau begitu adakah harapan putra Minang duduk di kabinet yang akan diumumkan beberapa hari lagi? Mari sama-sama kita tunggu! (Sawir Pribadi)

 
Top