Faktual dan Berintegritas



Masyarakat Tanah Air baru saja menyaksikan audisi yang dilakukan presiden terpilih, Prabowo Subianto beberapa hari lalu. Lebih seratus orang yang dipanggil ke kediaman Prabowo di Kertanegara, Jakarta Selatan.

Jumlah yang mencapai 106 orang, terdiri dari calon menteri, calon wakil menteri dan kemungkinan juga calon kepala badan di Kabinet Prabowo-Gibran nantinya. Saat ini, tokoh-tokoh yang diaudisi tersebut baru saja selesai mengikuti pembekalan di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Melihat personal yang dipanggil tempo hari, jika semuanya memang akan duduk di kabinet nanti, maka jelas ini adalah jumlah yang besar. Kabar yang beredar sejumlah kementerian akan dilebur menjadi kementerian baru. Jumlah keseluruhan lebih 40 kementerian. Sebelumnya tidak ada jumlah menteri sebanyak ini. 

Sekadar perbandingan, pada Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin Presiden Joko Widodo, jumlah menteri hanya 30 dan 4 menteri koordinator. Sedangkan sebelumnya lagi, pada Kabinet Indonesia Bersatu II yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, jumlah menteri 34 dan 17 wakil.

Masyarakat tentu mengerti bahwa pengangkatan menteri adalah hak prerogatif presiden. Lebih dari itu, pengangkatan menteri juga harus bebas dari intervensi. Tidak boleh seorang pun boleh melakukan intervensi terhadap hal ini.

Kenapa kebinet Prabowo nanti terlihat gemuk? Salah satu alasannya mungkin saja demi mempercepat kemajuan dan pembangunan. Ini tentu kita setuju.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, Rizal Taufikurahman, mengatakan jika memang ada penambahan kementerian pada Kabinet Prabowo-Gibran, maka secara langsung dapat menguras Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sebab setiap kementerian ini tentu membutuhkan pendanaan dari negara untuk operasional, mulai dari biaya belanja pegawai hingga program-program mereka.

Benar, jumlah kementerian atau lembaga yang bertambah bisa dipastikan jumlah belanja akan bertambah pula. Ibarat dalam keluarga, anak dua dan anak lima pasti beda kebutuhan serta beda besaran pengeluaran.

Atau bisa juga diibaratkan kendaraan antara 1.500 cc dengan kendaraan 2.500 cc jelas konsumsi BBM-nya berbeda. Namun kita meyakini tenaga kedua kendaraan berbeda pula. Tenaga kendaraan yang 2.500 cc pasti lebih hebat dan lebih gahar dibandingkan yang 1.500 cc.

Terkait itu, kita berharap Kabinet Prabowo-Gibran nantinya adalah ibarat kendaraan yang kapasitas mesinnya besar, sehingga punya tenaga yang gahar untuk kemajuan bangsa dan negara. Biarlah sedikit boros, asal pencapaiannya nanti berpuluh kali lipat dari sekarang. Sebaliknya, jika biasa-biasa saja maka kita berharap Prabowo secepatnya melakukan evaluasi. Semoga! (Sawir Pribadi)

 
Top