Faktual dan Berintegritas



MALAYSIA adalah salah satu negara destinasi wisata di Asia Tenggara. Banyak warga negara asing melakukan perjalanan wisata ke negara itu, tak kecuali orang-orang Indonesia.

Data statistik, pada 2023, jumlah kunjungan wisatawan asing ke Malaysia mencapai 29 juta orang. Dari jumlah sebanyak itu, 3,1 juta orang di antaranya berasal dari Indonesia dan tentu saja termasuk dari Sumatera Barat.

Banyak hal yang menjadi alasan bagi masyarakat Sumatera Barat atau Indonesia pada umumnya melakukan perjalanan wisata ke Malaysia antara lain dekat dari Indonesia, penerbangan murah, objek wisata sekitaran kota, belanja, berobat dan lain sebagainya. Di samping itu ada faktor kebersihan baik di objek wisata maupun di sektor pendukung wisata.

Pemerintah bersama pelaku wisata punya arah dan tujuan yang sama dalam menggaet wisatawan. Karenanya hal-hal yang akan merusak image terhadap kepariwisataan selalu diperhatikan secara sungguh-sungguh. Tak hanya hal-hal besar, persoalan remeh temeh pun jadi perhatian oleh semua pihak yang terlibat.

Di antara pihak-pihak yang terlibat dalam kepariwisataan Malaysia selain pemerintah antara lain pengusaha restoran atau rumah makan, pengusaha hotel, maskapai penerbangan, pengusaha bus atau angkutan pariwisata, travel agent perjalanan, pemandu wisata, sopir dan lain sebagainya.

Malaysia berpandangan bahwa kemajuan pariwisata tergantung pada sinergisitas semua pihak. Pemerintah tak bisa jalan sendiri. Justru itu, hal-hal kecil atau yang remeh temeh harus jadi perhatian.

Salah satu hal kecil yang menjadi perhatian serius adalah kebersihan. Bukan saja kebersihan lokasi atau objek wisata, kebersihan bus yang mengangkut wisatawan sangat diperhatikan. Ini ditekankan betul oleh pemandu wisata agar wisatawan menjaganya dengan baik.

Cara menjaga kebersihan bus salah satu di antaranya tidak boleh membawa makanan dan minuman gelas ke dalam bus. Yang dibolehkan hanyalah minuman botol.

Kenapa tidak boleh bawa makanan? Karena rawan berserakan atau mengotori kabin bus. Apabila kabin bus kotor, berpotensi didatangi kecoa atau sejenisnya.

Apabila bus kotor apalagi berkecoa, maka agent perjalanan akan mendapat komplain dari konsumen. Untuk itu baik operator, driver bus maupun pemandu wisata di Malaysia senantiasa mewanti-wanti tamunya untuk tidak membawa makanan dan minuman gelas ke dalam bus.

Selain itu, apabila bus kotor, baik di luar maupun di dalam, maka biaya mencucinya mahal. "Biaya cuci bus ini 200 ringgit," ujar seorang driver bas persiaran (bus pariwisata) bernama Ollin.

Jika uang RM 200 dikonversi ke mata uang Indonesia, maka sama dengan Rp 730 ribu. Sangat besar tentunya!

Oleh karena itu, setiap mau menjemput tamu atau wisatawan pihak driver harus memastikan busnya dalam kondisi bersih luar dalam. Bus tak bersih, tamu tak nyaman. (Sawir Pribadi)

 
Top