BANJARMASIN -- Sarapan atau makan dan minum di restoran, warung hingga pinggir laut atau danau tentu sudah biasa bagi masyarakat. Apalagi masyarakat Sumatera Barat.
Namun sarapan di atas perahu motor lain pula sensasinya. Lagian di Sumbar, agaknya tidak ada perahu yang disulap menjadi warung.
Tapi tidak demikian halnya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pinggiran sungai dijadikan area rekreasi dan bisnis. Tempat-tempat minum dan makan bukan saja ada di daratan, melainkan juga di dalam sungai. Namanya warung terapung. Benar-benar mengapung di dalam sungai.
Di Sungai Martapura yang membelah Kota Banjarmasin, bisa ditemukan perahu motor yang dijadikan sebagai warung terapung. Tak ada desain khusus, kecuali meja dengan tinggi sekitar satu setengah jengkal dari lantai diletakkan kiri kanan. Bagian belakang dijadikan dapur. Pengunjung duduk menghadap keluar memandang keindahan sungai. Sedangkan di luar, di tenda perahu motor yang oleh masyarakat Banjarmasin disebut klotok, terdapat papan merek warungnya. Ini sekaligus sebagai pembeda antara klotok penumpang dengan tempat makan dan minum.
Pagi ini, sambil jogging saya manfaatkan untuk mampir di warung terapung Soto Abdullah. Lokasinya di Jalan Kapten Tendean Kota Banjarmasin. Dengan membungkuk seperti rukuk saya masuk ke warung terapung itu. Di dalam sudah ada sekitar lima orang lain sebagai pengunjung. Mereka adalah orang-orang yang juga habis jogging.
Sepiring soto banjar dan segelas teh panas yang saya minta dihidangkan pemilik warung. Sambil menatap ke seberang sungai saya nikmati hidangan itu. Soto banjarnya enak di lidah saya.
Sedang menikmati soto banjar, sebuah perahu motor melintas arah ke hulu. Warung terapung itu pun berayun. Ini yang membuat suasana makin asik.
Makin siang semakin banyak perahu motor yang melintas. Makin besar perahu melintas dan makin tinggi kecepatannya, maka semakin besar pula ayunan di dalam warung terapung.
Soto sudah ludes, teh pun tak bersisa. Setelah membayar Rp 22 ribu saya pamit ke pemilik warung. Namanya iwan. (Sawir Pribadi)