Faktual dan Berintegritas



PADANG -- Indonesia merupakan negara kedua tertinggi beban TBC setelah India. Kasus TBC terus meningkat dari ke waktu. Butuh perhatian banyak pihak agar mata rantai penyebaran TBC dapat terputus. 

Demikian antara lain dikatakan Kasi P2M Dinas Kesehatan Kota Padang, Eva Westari saat didapuk menjadi pembicara dalam kegiatan Peguatan Standar Kualitas Pelayanan TBC Lintas Pemangku Kepentingan yang digagas Komunitas Penabulu-STPI Sumbar di Pangeran City Hotel, di Padang, Selasa (30/7). 

"Kita terus menjaring penderita TBC hingga akhir tahun ini, sehingga diharapkan mata rantai penularan TBC dapat diketahui dan diputus," ujarnya di depan peserta kegiatan. 

Eva Westari tak menampik jika penyebaran TBC terdapat di berbagai tempat. Termasuk di tempat berkumpul atau banyak orang. 

"Pesantren dan lapas merupakan tempat berisiko terjadi penularan TBC," ungkapnya. 

Eva mengimbau kepada pemilik pesantren dengan puskesmas untuk melakukan skrinning TBC pada anak pesantren, guru, maupun karyawan.

"Sehingga mereka yang bergejala cepat kita obati," ucapnya. 

Sisi lain, Eva mengatakan pada 2024 Kota Padang diestimasikan terdapat 4.838 kasus TBC, namun yang telah ditemukan per Juli ini baru sebanyak 2.122 kasus TBC. Sebanyak 16,4 persen kasus berasal dari luar kota, sedangkan sekitar 83 persen (1.773 kasus) berasal dari dalam kota yang tersebar di 11 Kecamatan se-Kota Padang

Menurut kelompok umur, kasus TBC ini sebanyak 20 persen terjadi pada anak usia 0-14 tahun, 80 persen terjadi pada usia 15 tahun ke atas.(ch)

 
Top