JIKA dihitung bulan perbulan, jadwal pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak tinggal sekitar lima bulan lagi. Waktu lima bulan tersebut tentulah bukan waktu yang lama. Dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) nomor 2 tahun 2024 tentang Tahapan dan Jadwal Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota, masa pemungutan suara diselenggarakan pada 27 November 2024.
Meski waktu yang tinggal untuk kegiatan pemilihan kepala daerah itu tidak begitu lama lagi, namun suasananya masih dingin-dingin saja. Khusus di Sumatera Barat, belum ada situasi politik yang menghentak. Padahal, sebagian besar kabupaten dan kota akan melakukan penggantian kepala daerah. Termasuk juga tentunya untuk gubernur.
Ya, semua kabupaten/kota tentu menyelenggarakan Pilkada pada 2024 ini. Lalu, siapakah yang akan dicoblos pada 27 November itu?
Soal tokoh, tentu Sumatera Barat tidak kekurangan. Yang ada di daerah ini maupun di wilayah rantau, bejibun banyaknya orang hebat. Tapi, kenapa hingga hari ini masih terkesan tenang-tenang saja?
Apakah posisi kepala daerah tidak menarik bagi tokoh-tokoh kita? Tidak mungkin! Atau semua sama-sama melihat ‘angin’. Maksudnya masing-masing peminat sama-sama menunggu siapa yang akan melawan siapa?
Untuk pemilihan gubernur Sumbar misalnya, belum terdengar partai politik mau mengusung siapa. Bahkan, gubernur incumbent-pun hingga sekarang belum berani mengatakan akan maju lagi atau tidak. Jika maju lagi, dengan siapa mau berpasangan. Partai politik yang sebelumnya mengusung Buya Mahyeldi di Pilkada lalu, juga belum menyatakan memasangkan Mahyeldi dengan siapa.
Masyarakat tentu ingin mengetahui, siapa tokoh-tokoh yang layak untuk dipilih nantinya. Ada yang ingin dengan yang lama dan tentu ada pula yang mau wajah baru. Ini soal selera dan pandangan politik tentunya.
Selain itu, kurang menghentaknya pilkada serentak di daerah ini juga terkait dengan sosialisasi dari penyelenggara yang masih kurang. Kita yakin, kebanyakan penghuni Sumatera Barat tidak mengetahui kapan pilkada serentak itu dilaksanakan.
Oleh karena itu, diperlukan memanaskan ‘mesin’ agar pilkada ini bisa lebih semarak. Bukan sekadar baliho atau gambar, tetapi bagaimana pilkada dan bakal calon kepala daerah tersebut bisa menjadi buah pembicaraan di berbagai tempat dan kesempatan. Dengan demikian, masyarakat akan punya pilihan pada saat hari pemungutan suara nantinya. Semoga! (Sawir Pribadi)