Faktual dan Berintegritas

 


MAKKAH -- Kementerian Agama (Kemenag) kembali melibatkan keterwakilan perempuan yang tergabung dalam Amirul Hajj pada penyelenggaraan ibadah haji 1445 H/2024 M. Ketiga Srikandi Amirul Hajj perempuan itu adalah Alissa Wahid dari Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (NU), Ariati Dina Puspita dari Nasiyatul Aisyiyah (Muhammadiyah) dan Mariana Hasbie (Tenaga Ahli Kementerian Agama).

Dikutip dari website resmi Kemenag RI, adanya keterwakilan perempuan dalam susunan anggota Amirul Hajj tahun ini merupakan kali kedua dalam sejarah misi haji Indonesia. Sebelumnya, tiga delegasi Amirul Hajj perempuan telah ada pada 2023.

Tenaga Ahli Kementerian Agama, Mariana Hasbie menuturkan bahwa masuknya tiga perempuan dalam struktur Amirul Hajj pada tahun ini merupakan salah satu upaya yang akan dipertahankan oleh Kementerian Agama.

"Ya, kan ini sebenarnya tahun kedua ada Amirul Hajj perempuan. Ini memang mau dipertahankan,” ujar Anna saat tiba di King Abdul Aziz International Airport (KAAIA) Jeddah (8/6).

Perempuan yang akrab dipanggil Anna juga menyebut bahwa hal ini juga bagian dari komitmen Kemenag dalam memberi perhatian khusus kepada para jemaah haji perempuan. "Kan, nanti mayoritas jemaah haji kita kan banyak yang lansia dan perempuan. Jadi ada perhatian khusus," lanjutnya.

Statistik yang didapat dari Siskohat (Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu) juga menunjukkan bahwa 55.6 persen jemaah haji Indonesia merupakan perempuan, sedangkan jemaah laki-laki 44.4 persen. Jika diprosentase dari total jemaah, maka jemaah perempuan sebanyak 118.581 orang, berbanding jemaah laki-laki 94.694 orang.

Menurut Anna, dengan adanya Amirul Hajj perempuan, kepentingan dan kebutuhan para perempuan bisa dengan mudah dipahami, karena ada kesamaan pengalaman sebagai seorang perempuan. Dengan demikian, aspirasi dari para jemaah haji perempuan bisa diserap dengan baik sekaligus menjadi evaluasi bagi penyelenggaraan ibadah haji tahun-tahun selanjutnya.

"Kan kalau amirul hajjnya perempuan jadi relate. Jadi paham. Misalnya yang perlu diperbaiki aspek mananya," tambahnya.

Hal sama juga disampaikan Alissa Wahid. Menurut perempuan kelahiran Jombang, Jawa Timur ini, tiga Amirul Hajj perempuan ini ingin memastikan bahwa kebutuhan jemaah haji perempuan bisa terpenuhi.

"Kita ingin memastikan bahwa kebutuhan perempuan itu bisa terpenuhi, tercukupi," ujarnya.

Ada beberapa kebutuhan jemaah haji perempuan yang perlu diperhatikan, mengingat jemaah perempuan sangat berbeda dengan laki-laki. Menurutnya, jemaah perempuan juga perlu diperhatikan dari sisi ibadah hingga infrastrukturnya.

"Misalnya contoh yang paling mudah, pembimbing ibadah, lalu fasilitas nanti di Armuznanya, seperti toilet, biasanya ada pengaturan khusus. Karena perempuan dan laki-laki, penggunaan kamar mandinya pasti berbeda. Seperti itu yang mau kita pastikan," tegasnya kepada anggota pelaksana Media Center Haji di Bandara King Abdul Aziz Jeddah.

Ariati Dina Puspita dari Nasiyatul Aisyiyah juga menambahkan bahwa diutusnya ia menjadi salah satu anggota Amirul Hajj karena memiliki misi khusus, yaitu perhatian untuk perempuan dan lansia. "Lebih ke ramah lansia, khususnya perempuan, ya," ungkapnya.

Ketika ditanya terkait pembagian fokus dari masing-masing Amirul Hajj, khususnya delegasi perempuan, Ariati menyebut bahwa belum ada pembagian secara spesifik. "Pembagian kerjanya nanti mengikuti tim setelah ini akan rapat," tuturnya.

Berikut Profil Singkat Tiga Amirul Hajj Perempuan Tahun 2024

Alissa Wahid

Alissa merupakan seorang psikolog dan aktivis sosial yang juga merupakan putri dari mantan Presiden Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Pendiri Jaringan Gusdurian ini merupakan pimpinan Gerakan Keluarga Maslahat NU (GKMNU), sebuah inisiatif yang fokus pada pemberdayaan keluarga melalui pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Ketua PBNU ini juga dikenal karena dedikasinya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak-anak serta upayanya untuk mendorong nilai-nilai inklusivitas dan toleransi dalam masyarakat. Selain itu, ia juga aktif dalam berbagai organisasi non-pemerintah yang berfokus pada pengembangan masyarakat dan demokrasi. Tahun 2024 ini adalah kali kedua Alissa menjadi salah satu dari tiga anggota Amirul Hajj Perempuan.

Mariana Hasbie

Mariana Hasbie adalah salah satu Tenaga Ahli di Kementerian Agama Indonesia. Ia dikenal karena perannya sebagai juru bicara Kementerian Agama RI. Pada musim haji kali ini, Anna, menjadi garda terdepan dalam komunikasi publik di Kementerian yang berkantor di jalan Lapangan Banteng Jakarta Pusat ini.

Dalam kapasitasnya ini, Mariana bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi resmi dari kementerian kepada publik serta menjelaskan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh kementerian tersebut. Anna memiliki latar belakang yang kuat dalam bidang komunikasi dan sering tampil di media untuk memberikan klarifikasi terkait isu-isu agama yang sensitif di Indonesia.

Mariana juga aktif dalam berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mempromosikan toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Ariati Dina Puspita

Ariati Dina Puspita adalah seorang aktivis perempuan yang aktif di Nasiyatul Aisyiyah, sebuah organisasi otonom Muhammadiyah yang fokus pada pemberdayaan perempuan muda.

Sehari-harinya Ariati bekerja sebagai Dosen Pendidikan Fisika di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Sejak tahun 2015, aktivis perempuan ini menggeluti banyak hal di bidang fisika, terutama, fisika lingkungan, pendidikan fisika juga filsafat pendidikan.

Dalam perannya, Ariati terlibat dalam berbagai program yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan partisipasi perempuan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Ariati juga dikenal karena komitmennya terhadap pengembangan sumber daya manusia dan kesejahteraan sosial, khususnya di kalangan perempuan muda Aisyiyah. (*)

 
Top