PEMILIHAN umum legislatif tinggal beberapa bulan lagi. Jika tidak ada perubahan, dihitung sejak hari ini hanya tersisa sekitar 5 bulan 12 hari lagi. Tepat pada 14 Februari 2024 mendatang, semua penduduk Indonesia yang punya hak pilih akan menggunakan haknya di bilik-bilik suara.
Pemilihan umum legislatif akan diikuti oleh pemilihan presiden dan kepala daerah pada November 2024. Artinya 2024 adalah momen bagi bangsa ini untuk menentukan siapa yang akan dipercaya memimpin, setidaknya untuk lima tahun ke depan.
Menyalurkan hak pilih bagi sebagian besar bangsa Indonesia tentulah bukan hal yang baru. Sebab, hal ini terjadi setiap lima tahun sekali. Kecuali bagi kaum pemilih pemula tentu diperlukan edukasi, baik oleh lembaga resmi seperti KPU maupun keluarga.
Edukasi terhadap pemilih, terutama para pemilih pemula memang penting dilakukan. Tidak saja cara-cara memilih, tetapi terlebih dampak ke depan terhadap bangsa dan negara. Sebab, waktu beberapa detik di bilik suara akan berdampak besar hingga lima tahun ke depan bagi bangsa Indonesia.
Kita tentu berharap pelaksanaan pemilu sebagai aplikasi demokrasi di Tanah Air 2024 ini jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Tidak saja baik dalam penyelenggaraan, tapi lebih baik dalam segala aspek.
Selama ini, setiap akan ada penyelenggaraan pemilu, bangsa ini seolah-olah ‘terkeping’. Satu keping dengan kepingan yang lain seolah menjadi musuh. Masih ingat dengan istilah cebong dan kampret?
Hal demikian tidak perlu terjadi jika kita sama-sama dewasa dalam berpolitik. Beda partai politik, beda calon pemimpin itu adalah hal yang wajar. Hanya saja, perbedaan itu jangan dijadikan sebagai peluru permusuhan. Jangan menghujat, jangan menghina apalagi sampai membeberkan aib seseorang ke hadapam publik. Ingat, kita adalah bangsa timur yang beradab. Orang beradab jelas tidak akan menyerang lawan politiknya dengan hal-hal yang tabu.
Oleh karena itu, mari kita songsong Pemilu 2024 dengan menjunjung tinggi demokrasi Pancasila. Semua norma kehidupan sudah ada pada kelima sila di Pancasila tersebut. Semoga dengan demikian akan terpilih wakil rakyat yang paham, mengerti dan mau berkorban untuk kemajuan bangsa serta negara ini, bukan wakil rakyat yang mencari pekerjaan untuk diri sendiri dan keluarga.
Lebih dari itu, dengan demokrasi yang baik dan sehat kita berharap tercipta pemimpin yang sesuai harapan bersama, sebagaimana harapan para pejuang di masa lalu, bukan harapan sekelompok orang yang ingin memperkaya diri, keluarga dan kelompok tertentu. Semoga! (Sawir Pribadi)