PADANG -- Nagari Sirukam, Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok dan Nagari Tabek, Kabupaten Tanah Datar menjadi tujuan field trip ASEAN Farmer dalam ajang Asean Dialogue Partner's Exchange Farmers Visit yang menjadi bagian dari kegiatan Pekan Nasional (Penas) Petani Nelayan XVI di Padang, Sumatera Barat, Senin (12/6).
Kegiatan ini merupakan lanjutan kegiatan sebelumnya berupa dialog beberapa isu penting dunia pertanian saat ini, khususnya ancaman krisis pangan akibat El Nino, hingga potensi petani muda atau young agripreneur.
Peternakan modern terpadu Sirukam Dairy Farm, Kabupaten Solok menjadi tujuan pertama dalam field trip dengan tajuk Discussion On Integrated Animal Husbandry, Agriculture and Plantation in Rural Areas, itu.
Sebanyak 26 peserta ASEAN Farmers dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Jepang sebagai negara mitra, berkesempatan melihat langsung peternakan sapi perah modern terpadu terbesar di Sumatera Barat tersebut. Peserta bahkan disambut Bupati Solok Epyardi Asda dan mendapat penjelasan lengkap dari CEO PT. Sirukam Lumbung Nagari, Budi Bundar.
"Konsep utama kita di sini adalah empowering local community. 90 persen karyawan adalah masyarakat lokal. Dari awal kita berkomitmen dengan masyarakat sekitar farm untuk bekerjasama dan maju bersama," ujar Budi.
Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, Kementan RI Muhammad Amin mengatakan, kegiatan field trip dilaksanakan dalam rangka bertukar pengalaman dan informasi pertanian antar petani dari negara ASEAN.
Sekaligus untuk menunjukkan keberagaman Indonesia yang sebagian rakyatnya bergerak di sektor pertanian.
"Kami sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan di Sirukam. Semoga ini bisa menjadi pusat dairy dan bisa menjadi pusat kunjungan Agro Wisata di Sumatera Barat," kata Muhammad Amin.
Di Dairy ini para peserta selain melihat langsung proses peternakan sapi hingga pengolahan susu, juga bisa menikmati susu segar aneka rasa.
"Wah saya suka sekali, fresh dan enak. Oishi," kata Peserta asal Jepang, Takao Otaki, yang menghabiskan dua botol susu segar.
Beranjak ke Tanah Datar, para peserta diajak melihat dan belajar mengenai tanam padi Salibu di Nagari Tabek, Kecamatan Pariangan. Kelebihan sistem ini adalah, tanam hanya sekali tapi bisa panen hingga berkali-kali.
"Padi Salibu adalah tanaman padi yang tumbuh kembali setelah batang sisa panen dipangkas. Teknologi ini berawal dari inovasi dan kreativitas petani di Nagari Tabek. Sekali tanam, bisa sampai enam kali panen. Hemat benih, hemat air," ujar Ir Erdiman, salah seorang peneliti dari BPTP Sumbar.
Para peserta bahkan juga diajarkan melalui simulasi langsung tanam padi sistem Salibu dari awal panen hingga tumbuh kembali oleh petugas penyuluh.
Para peserta sangat antusias dan bergantian mengajukan pertanyaan tentang berbagai hal. Mulai dari pengairannya, pupuknya hingga hasil produksinya.
"Padi Salibu akan tumbuh lebih banyak setiap setelah proses panennya, 40 hingga 100 batang setiap rumpunnya, sehingga produksi terus meningkat. Pengolahan tanah juga tidak perlu lagi," jelas Erdiman.
Panitia bahkan sampai membatasi waktu karena panjangnya pembahasan. Akhirnya para peserta pun menyimpan nomor kontak narasumber dan berjanji akan melanjutkan pembahasan lebih mendalam.
Sebelumnya, peserta juga dijamu makan oleh pemerintahan nagari. Hadir Sekda Kabupaten Tanah Datar, Iqbal Ramadi Payana.
Dalam sambutannya Sekda Iqbal menyampaikan apresiasi kepada Gubernur Sumbar yang telah memilih Tanah Datar menjadi tujuan field trip ASEAN Farmers.
"Welcome to Tanah Datar. Nagari Tabek ini menjadi nagari pertama yang mengembangkan padi Salibu, dengan keunggulan, hemat waktu, biaya dan index produksi padi juga meningkat," kata Iqbal.
Di Tanah Datar, para peserta juga berkesempatan mengunjungi Desa Terindah di Nagari Pariangan dan Istana Pagaruyung. (kmf)