JAKARTA -- Kementerian Kesehatan membentuk tenaga cadangan kesehatan di setiap daerah yang siap dimobilisasi bila terjadi bencana alam maupun non alam yang berpotensi menimbulkan krisis kesehatan.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Sumarjaya mengatakan pembentukan tenaga cadangan kesehatan lantaran Indonesia merupakan negara yang mayoritas wilayahnya berada di zona kuning dan merah. Kondisi dan letak geografis ini membuat Indonesia rawan terjadi bencana yang berpotensi menimbulkan banyak korban jiwa.
Namun ditengah kondisi ini, kapasitas kesehatan di setiap daerah utamanya daerah rawan bencana belum merata, saat ini masih terkonsentrasi di kota-kota besar seperti DKI Jakarta, Jogja dan Jawa Timur. Daerah lain kapasitasnya masih sedang dan rendah.
''Tentu ini menjadi ancaman kesehatan dan keselamatan masyarakat. Selain itu, kita juga belajar dari pengalaman penanganan Covid-19 yang datang tiba-tiba sehingga sistem kesehatan kita belum siap, karenanya perlu kita perkuat dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat,'' kata Sumarjaya, pada konferensi pers di Jakarta, Rabu (21/6).
Untuk memenuhinya, Kementerian Kesehatan membuka kesempatan bagi masyarakat umum baik tenaga kesehatan maupun non tenaga kesehatan untuk menjadi bagian dari tenaga cadangan kesehatan.
Pendaftaran tenaga cadangan bisa dilakukan secara individu, tim, maupun melalui Emergency Medical Team (EMT). Adapun registrasi dapat melalui laman https://tenagacadangankesehatan.kemkes.go.id. Hingga saat ini, tercatat sudah 8,869 orang yang mendaftar menjadi tenaga cadangan kesehatan.
Sumarjaya menyebut pendaftar yang akan diterima sebagai tenaga cadangan kesehatan harus memenuhi sejumlah kriteria terkait fisik, mental dan skill yang telah ditetapkan pemerintah. Menurutnya, penetapan kriteria ini menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan, mengingat karakteristik bencana sangat beragam, sehingga membutuhkan pendekatan yang berbeda-beda.
''Menjadi tenaga cadangan kesehatan harus punya kapabilitas artinya expert dan mampu serta harus punya mobilitas. Mereka tergabung untuk memudahkan koordinasi dan sesuai dengan kebutuhan,'' kata Sumarjaya.
Sumarjaya memastikan seluruh tenaga cadangan kesehatan yang diterima akan mendapatkan pembinaan dari pemerintah. Ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kecakapan yang dimiliki.
''Setelah registrasi, kita lakukan pembinaan, agar semua relawan harus belajar, jadi kalau ada bencana kita tahu apa yang akan dilakukan. Jadi tidak semua (relawan) datang, tapi kita koordinir melalui tenaga cadangan kesehatan. Misalnya, psikiater datang di minggu kedua bukan pertama, orthopedi butuh di minggu pertama bukan mingguan kedua, sehingga semuanya teratur,'' Imbuhnya.
Usai dilakukan pembinaan, kemudian tenaga cadangan kesehatan siap dimobilisasi ketika terjadi bencana alam maupun krisis kesehatan. Adapun mobilisasinya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. (*)