Lustrasi Beritabaik.id |
PERNYATAAN anggota DPR-RI dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Effendi Simbolon tentang TNI seperti gerombolan berbuntut panjang. Ia dikecam oleh jajaran TNI, mulai dari Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman hingga prajurit di bawahnya. Mereka marah!
Mereka menilai apa yang disampaikan Effendi Simbolon pada rapat bersama Panglima TNI beberapa waktu lalu telah melukai institusi TNI. Makanya, dalam beberapa hari terakhir, sering terlihat anggota TNI, mengecam keras apa yang disampaikan anggota Komisi 1 DPR-RI dimaksud.
Untung saja, reaksi-reaksi tersebut cepat diredam. Effendi Simbolon yang cepat tanggap, lalu minta maaf kepada Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa. Selanjutnya KSAD menanggapinya dengan memberi maaf sekaligus minta prajurit TNI tidak membesar-besarkan hal itu. Kemudian, Jenderal Dudung mengatakan bahwa apa yang terjadi tersebut sebagai pembelajaran bagi semua pihak untuk tidak asal bicara.
Apa yang terjadi pada diri Effendi Simbolon dan TNI itu hanyalah sebagai contoh segaligus bisa sebagai pembelajaran bagi siapa saja, bahwa kebebasan berpendapat tidak bebas lepas begitu saja, melainkan harus dikontrol. Pengontrolnya adalah diri sendiri.
Artinya, sebelum berbicara atau menyampaikan pendapat, pikir terlebih dahulu. Pikirkan kalimat dan intonasi yang tepat agar tidak menyinggung pihak lain, apalagi menyangkut simbol-simbol negara, institusi dan termasuk personal. Ingat pribahasa lama bahwa pikir itu pelita hati.
Hati-hati dalam mengeluarkan pendapat adalah penting. Selain menjaga perasaan pihak-pihak lain, sekaligus melindungi diri sendiri agar tidak tersandung persoalan hukum. Bukankah pribahasa lama juga mengatakan bahwa mulutmu harimaumu?
Ingat, bicara seseorang adalah cerminan pribadinya sendiri. Orang yang kasar dalam berbicara dan mengeluarkan pendapat, mencerminkan bahwa yang bersangkutan berjiwa kasar pula. Sebaliknya, orang yang berhati-hati berbicara menandakan ia punya sifat hati-hati dan menjaga perasaan orang lain. Oleh karena itu, hati-hatilah dalam bicara serta menyampaikan pendapat, terutama di muka umum. Jangan asal ngomong, jangan asal ngoceh dan jangan pula tunjukkan arogansi kekuasaan melalui bicara. Jangan mentang-mentang sedang berkuasa, lantas bicara seenaknya hingga menyakiti perasaan orang lain. Jangan! (Sawir Pribadi)