PADANG PARIAMAN, SWAPENA -- Memaksimal hasil olahan dari kelapa, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UM Sumbar), memberikan pelatihan (workshop) kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) Bengke Sakato, mengenai proses pembuatan nata de coco, dari limbah air kelapa.
Pelatihan yang diadakan Tim PKM UM Sumbar dengan judul Aneka Produk Olahan Limbah Pembuatan VCO pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Bengke Sakato, Sungai Sarik, Kabupaten Padang Pariaman ini, dilaksanakan, Rabu (6/7).
Ketua Tim PKM UM Sumbar Dr Suryani, MSi yang langsung ke lapangan untuk memberikan pelatihan, menyampaikan bahwa pembuatan VCO, atau minyak kelapa murni, yang diproduksi KWT Bengke Sakato, selaras dengan apa yang telah mereka lakukan selama ini.
"Kita juga memproduksi VCO, dan limbah air kelapanya dijadikan nata de coco. Makanya kita ingin berbagi hal ini dengan KWT Bengke Sakato agar air kelapa limbah produksi VCO nya bisa dimanfaatkan, dijadikan nata de coco," ujar Suryani.
Suryani menerangkan proses pembuatan nata de coco di hadapan puluhan ibu-ibu pengurus dan anggota KWT Bengke Sakato, dan langsung memprakekkan pembuatannya dengan bahan-bahan yang telah disiapkan.
"Air kelapa didihkan, kemudian ditambah ZA, gula dan cuka. Setelah itu didinginkan. Kemudian ditambahkan stater, berupa bakteri Acetobacter Xylinum. Diamkan, atau difermentasi selama 14 hari. Terakhir terbentuk lapisan selulosa. Itulah nata de coco," terang doktor biokimia alumni Unand ini.
Turut di Tim PKM UM Sumbar yang memberikan pelatihan pada KWT Bengke Sakato, Helga Yermadona, MT dan Nurhaida, SE, MM, sebagai anggota tim.
Sementara itu, Ketua KWT Bengke Sakato Ermalius dan anggotanya menyambut antusias pelatihan pembuatan nata de coco dari air kelapa limbah VCO yang diberikan Tim PKM UM Sumbar.
"Kami ucapkan terima kasih kepada Tim PKM UM Sumbar, dan selama ini air kelapa dari proses pembuatan VCO tidak termanfaatkan, sekarang bisa pula bernilai ekonomi, yakni menjadi nata de coco," ujarnya.
Lanjut Ermalius, KWT Bengke Sakato yang berdiri semenjak 2016 ini beranggotakan sebanyak 25 orang ibu-ibu dari Korong Bengke, dan selama ini telah memproduksi VCO dengan merek dagang "Amboko", dan kripik pisang coklat "Andrez", dimana pemasarannya sudah sampai ke Kepri, Riau dan Jawa.
"Saat ini kami terkendala beberapa proses perizinan yang masih berjalan, yakni Izin Edar dan SNI. Untuk itu kami sangat berharap bantuan pihak terkait agar izin-izin tersebut bisa kami dapatkan," tukasnya.
Dengan adanya pelatihan pembuatan nata de coco dari Tim PKM UM Sumbar ini, sebut Ermatius, telah menambah varian produksi kelompoknya. "Selama ini hanya VCO dan kripik pisang, sekarang bertambah dengan nata de coco," pungkasnya.
Mendengar apa yang menjadi harapan Ketua KWT, Suryani dan timnya akan berusaha untuk memfasilitasi pengurusan perizinan dan SNI, sekalian dengan diproduksinya secara komersil nata de coco. (Rel)