JIKA tidak salah hitung, hari ini sudah dua minggu kasus penembakan anggota polisi Brigadir J atau Nofriansyah Yoshua Hutabarat berlalu. Kasus yang awalnya dikatakan sebagai bakutembak antara polisi dengan polisi itu mulai menumbuhkan harapan terhadap keluarga korban maupun masyarakat secara umum.
Setidaknya, sebagai bukti keseriusan institusi Polri mengusut kasus yang menggemparkan itu, maka segala hal yang diprediksi bakal menyulitkan pengusutan sudah diantisipasi. Langkah positif yang dilakukan Kapolri misalnya menonaktifkan Irjen Ferdy Sambo dari jabatan Kepala Divisi (Kadiv) Propam Polri.
Tidak hanya itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga menonaktifkan Kepala Biro Pengamanan Internal (Paminal) Polri, Brigjen Hendra Kurniawan. Bahkan, Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdy Susianto juga diganti dengan Kombes Yandri Irsan.
Selain itu, ada perkembangan terbaru yakni ditemukannya CCTV, tidak jauh dari rumah yang ditempati Irjen Ferdy Sambo. Menurut Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo CCTV dimaksud ditemukan di sepanjang jalan, sekitar rumah yang menjadi lokasi atau TKP penembakan.
Ada harapan besar bagi pihak keluarga dan masyarakat, agar CCTV dimaksud bisa menyingkap misteri kematian Brigadir Yoshua. Dikatakan sebagai misteri, karena memang hingga hari ini belum terungkap apa yang menyebabkan kematian korban. Walau pihak polisi awalnya menyatakan kematian Brigadir Yoshua akibat bakutembak, namun keluarga menemukan banyak kejanggalan, sehingga sejumlah pihak punya atensi terhadap kasus itu, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Karena itu pula, Presiden Jokowi mewanti-wanti agar kasus Brigadir Yoshua itu diusut secara transparan dan apa adanya. Pernyataan Jokowi ini sekaligus sebagai bukti bahwa negara punya perhatian serius pada kasus tersebut.
Lalu, apakah harapan Presiden, keluarga dan masyarakat secara umum akan terkabul? Mari sama-sama kita berikan kesempatan seluas-luasnya kepada penyidik untuk bekerja secara profesional, agar yang bungkuk dimakan sarung. Mari! (Sawir Pribadi)