PADANG, SWAPENA -- Gubernur Sumatera Barat, H. Mahyeldi kembali menegaskan, kecil kemungkinan lahirnya bibit radikalisme dan teroris berasal dari Sumatera Barat. Betapa tidak, hasil rapat dengan forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda), ternyata didapat data bahwa teroris tersebut memang bukanlah orang Sumbar.
“Radikalisme dibawa personal dari luar. Kita tekankan bupati dan walikota hingga tingkat RT menghidupkan lapor 2x24 jam bagi warga yang baru datang,” tegas Mahyeldi, saat jumpa pers dengan awak media, Rabu (20/4) di Istana Gubernur.
Untuk mendeteksi masuknya personal yang membawa paham radikalisme ke Sumbar selama mudik Lebaran ini, misalnya, Gubernur Mahyeldi meminta bupati dan walikota hingga pemerintahan terendah tingkat RT, memberlakukan lapor 2x24 jam kepada orang baru yang datang atau masuk ke lingkungannya.
Disebutkannya, diprediksi Idul Fitri tahun ini, sekitar 1,8 juta perantau Minang akan pulang kampung ke Provinsi Sumatera Barat. Dengan jumlah yang cukup besar ini, potensi paham radikalisme memang sangat rawan pula masuk ke daerah ini.
Hadir mendampingi Mahyeldi saat jumpa pers tersebut, Sekdaprov Hansastri, pimpinan DPRD Sumbar, Irsyad Safar, Kepala Biro Administrasi Pimpinan (Adpim) Setdaprov Sumbar, Maifrizon.
Mahyeldi berharap dengan adanya pemberlakukan lapor 2x24 jam ini, dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap paham radikal dan ikut dalam upaya meminimalisir dan mencermatinya.
Selain menangkal radikalisme, pemberlakukan lapor 2x24 jam bagi warga yang baru datang, juga menyikapi adanya temuan Polri yang menyebut ada sebanyak 1.125 orang teroris kelompok Negara Islam Indonesia (NII) di Sumbar. Mereka tersebar di Kabupaten Tanah Datar dan Dharmasraya.
“Untuk menangkal radikalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, perlu ada kerjasama seluruh pihak. Kita libatkan Forkopimda. Perlu ada upaya meningkatkan pemahaman kepada masyarakat dengan melakukan penyuluhan secara bersama melibatkan Forkopimda,” tegasnya.
Upaya lain untuk mencegah masuknya teroris dan radikalisme, tambah Mahyeldi, di tingkat provinsi, kabupaten kota dan Forkopimda juga dilakukan sharing informasi. “Untuk sharing informasi ini sudah kita lakukan dengan adanya pertemuan bulanan dan waktu tertentu. Kita harus bahu membahu dengan TNI dan Polri, untuk mendeteksi dan meminimalisir potensi radikalisme ini,” harapnya.
Khusus temuan Polri terkait adanya terorisme kelompok NII di Sumbar, Mahyeldi menilai tidak mungkin jumlahnya sebanyak 1.125 orang, seperti yang disampaikan oleh Mabes Polri tersebut. Mahyeldi menyebutkan, kemungkinan mereka ini datang dari luar. Karena kelompok NII ini pusatnya bukan di Sumbar tetapi daerah lain.
“Kepolisian sudah punya peta untuk itu. Kita sikapi temuan NII ini dengan turun ke sekolah-sekolah untuk menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat, agar waspada dengan gerakan terorisme dan radikalisme,” terangnya.
Mahyeldi menegaskan, di Sumbar tidak ada bibit pemberontak. Meski ada peristiwa sejarah PRRI, namun gerakan PRRI bukan memisahkan diri dari Indonesia.
“Justru tokoh Sumbar hadir dan membesarkan negara ini. Istilah Indonesia yang memunculkan Tan Malaka. Dalam sejarah kemerdekaan republik ini ada nama Agus Salim, M Yamin, Sutan Sjahrir. Masa kemerdekaan, munculnya NKRI, tokohnya dari Minang,” tegasnya.
“Ini sejarah. Masyarakat Sumbar adalah orang yang cinta NKRI dan persatuan. Tidak kurang dua ribu pejuang dan pahlawan dari Sumbar terlibat mempertahankan NKRI. Masyarakat Sumbar berada di depan mempertahankannya,” tegasnya.
Sebelumnya, diinformasikan Polri, menyebut ada sebanyak 1.125 orang teroris kelompok NII berdiam di Sumbar. Mereka tersebar di Kabupaten Tanah Datar dan Dharmasraya.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan menyebutkan, dari 1.125 tersebut, sebanyak 400 orang di antaranya diketahui berstatus sebagai personel aktif. Sisanya sudah dibaiat yang siap aktifkan kapan saja.
Ramadhan merinci, dari 1.125 anggota NII itu sebanyak 833 orang ada di Kabupaten Dharmasraya. Sisanya 292 anggota berada di Kabupaten Tanah Datar.
Lebih lanjut, Ramadhan mengatakan jaringan NII sudah tersebar luas di Indonesia. Sebab, anggota NII ini tidak hanya ada di Sumbar, tapi juga di DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali, hingga Maluku.
Hingga saat ini ada 16 tersangka teroris jaringan NII yang ditangkap di Sumbar. Densus 88 turut mengamankan sejumlah barang bukti dari penangkapan tersebut. (ys)