PADANG, SWAPENA -- UPTD Balai Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) Provinsi Sumatera Barat dipersiapkan menjadi Rumah Sakit Mata. RS Mata itu nantinya akan menjadi rumah sakit rujukan untuk masyarakat Sumatera Bagian Tengah.
Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy menyebutkan untuk menjadi RS Mata, pihak pemprov akan mengkoordinasikan dengan Direktur Jenderal Yankes, Kemenkes RI. Sebab hal terpenting saat ini mendapat izin terlebih dahulu.
"BKIM ini harus menjadi rumah sakit, karena salah satu penilaian saya terhadap BKIM ini balainya terawat dan bersih. Secara biaya juga termasuk yang murah sehingga terjangkau untuk masyarakat Sumbar dan melayani BPJS juga. Namun kita harus urus perizinan ke Dirjen terlebih dahulu," katanya dalam kunjungan kerja ke BKIM di Jalan Gajah Mada, Padang, Selasa (18/1).
Sebelumnya, BKIM sempat direkomendasikan untuk menjadi rumah sakit indra berupa mata, telinga hidung dan tenggorokan, mulut dan gigi, serta kulit. Tetapi karena ada peraturan untuk menjadi rumah sakit khusus, oleh karena itu sebut Audy akan diarahkan menjadi rumah sakit mata.
"Ini salah satu ikhtiar kita meningkatkan pelayanan masyarakat, untuk kebaikan masyarakat Sumbar. Beberapa fasilitas perlu ditingkatkan kalau kita jadi rumah sakit tipe C. Artinya perlu ditingkatkan fasilitasnya dan beriringan dengan pengajuan kita ke Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pelayanan Kesehatan untuk peningkatan pelayanan rumah sakit dari balai," katanya.
Ia berharap perizinan dapat dipercepat sehingga pengerjaan segera dilakukan. Menurutnya dengan BKIM menjadi rumah sakit merupakan bagian dari inovasi untuk kemajuan daerah.
"Terlebih Sumbar merupakan provinsi yang paling banyak tidak mendapatkan dana dari pusat. Sehingga sekarang kita tengah berjuang sebanyak mungkin dana dari pusat masuk ke Sumbar. Sebab semakin banyak alokasi dana pusat masuk ke Sumbar, semakin banyak perputaran uang di Sumbar artinya semakin bisa membantu perekonomian," kata Audy.
Sejalan dengan itu, Kepala UPTD BKIM Sumbar, drg. Afando Ekardo menyebutkan beberapa kendala yang dihadapi BKIM. Pertama, dengan keterbatasan anggaran yang ada di APBD 2022. Kemudian kondisi pandemi juga memberikan pengaruh terhadap pendapatan dan kunjungan ke BKIM.
"Mudah-mudahan dengan adanya arahan dari Pak Wagub, kita bisa berjuang lebih maksimal ke kementerian. Kita akan ke kementerian bertemu dengan Pak Dirjen Yankes, semoga hasil pertemuan itu membuahkan hasil, secepatnya berupa naskah akademik, dokumen dan kelengkapan lainnya. Mudah-mudahan di Maret nanti, izin prinsip dan izin operasional RS Mata ini bisa di realisasikan," ujarnya.
Ia menyebutkan untuk kenaikan status BKIM menjadi RS Mata, akan menambah sumber daya manusia (SDM). Saat ini pihaknya hanya ada mempunyai 2 dokter spesialis mata, 1 dokter gigi, 1 dokter THT.
"Kita butuh dokter mata 5 orang lagi, kemudian dokter gigi, dokter THT, dan dokter kulit juga kita butuhkan. Karena konsep dari Kementerian Kesehatan itu, memang brandnya di sini akan menjadi RS Khusus Mata, tetapi 40 persennya itu akan menjadi poli khusus. Jadi yang utamanya poli mata, jadi tambahan lainnya poli gigi dan mulut, poli penyakit dalam dan poli THT serta kulit.
Plt. Sekretaris Dinas Kesehatan Sumbar, Beniara Asmus, menjelaskan
untuk menjadi RS Mata, BKIM sudah memiliki standar yang jauh lebih baik dibanding RS Mata swasta yang ada. Sebab BKIM sudah memiliki kompetensi.
"Jika diambil standar RS mata swasta, kita sudah di atas mereka standarnya. Alat-alat, semua sudah ada tapi jika ditingkatkan jadi RS harus ditambah peralatannya, sebab saat ini alat-alat masih ada yang rusak. Makanya kami butuh dukungan dari pemprov, sebab anggaran 2022 ini masih terbatas dan kami harapkan 2023 bisa ditambah," terang Beniara.
Disebutkannya, BKIM menuju RS Mata akan terwujud atas dukungan Pemprov Sumbar dan akan menjadi RS Mata rujukan Sumatera Bagian Tengah. Itu akan mengembalikan masa emas BKIM seperti era 90 an.
"Masyarakat sudah mengakui kapasitas BKIM sebagai tempat berobat mata sejak dulu. BKIM juga sudah memiliki akreditas internasional. Tentunya punya kelebihan dibanding RS Mata swasta yang ada di provinsi ini," ujarnya.
Di era 90-an, tingkat kunjungan BKIM mencapai 200 orang per hari. Sedangkan saat ini berkisar antara 30 hingga 40 orang per hari. (yk)