PADANG, SWAPENA -- Harga telur ayam ras mulai bikin cemas ibu-ibu rumah tangga, maupun pelaku UMKM. Di Kota Padang, Sumatera Barat saat ini, harga telur ukuran kecil sudah mencapai Rp50.000 lebih per tikarnya (satu tikar isi 30 butir).
Untuk telur ukuran menengah, dijual dengan harga Rp54.000 per tikar dan telur ukuran jumbo, dijual dengan harga hampir mendekati Rp60.000 per tikar, hampir sama dengan harga setengah kilogram daging sapi lokal. Di tingkat eceran satu butir telur dijual sampai di atas Rp2.000/butir.
"Sebelumnya harga telur jarang yang bisa menembus angka sampai Rp45.000 per tikarnya. Jikapun ada, pasti yang ukurannya jumbo," kata Rio, salah seorang pedagang telur kepada Singgalang, Selasa (28/12).
Ia mengatakan, kini untuk konsumsi telur warga jadi agak lama berpikir. Tentunya setelah mengingat harga lauk alternatif yang lebih terjangkau, seperti ikan kering.
"Saya hanya menggunakan telur untuk sambal darurat saja. Karena harganya mahal sekali, saya bisa mengalihkan sementara konsumsi produk-produk frozen," kata Siti, salah seorang ibu rumah tangga.
Sementara Wati, salah seorang pedagang makanan dengan tambahan telur, mengaku sedang berpikir untuk menaikkan harga. Namun jika melihat situasi saat ini, ia balik putar akal untuk hanya menyediakan telur ukuran kecil saja.
"Bagi pelanggan yang tahu kenaikan harga, mereka tidak keberatan jika harga dinaikkan Rp500-1.000. Apalagi harga cabai saat ini masih naik turun di posisi Rp36-40.000 per kilogram," katanya.
Wati sendiri berjualan nasi goreng dan mie goreng yang kedua-duanya memakai telur. Ia sampai saat ini masih bertahan di level Rp10.000 per porsinya.
"Berjual beli saja dan apalagi sampai habis, sudah sangat saya syukuri. Untuk menaikkan harga, kadang tidak tega juga dan saya juga dihantui larinya pelanggan ke kuliner lain," ujarnya.
Ia berharap agar situasi ini cepat berakhir dan pemerintah benar-benar bekerja untuk menstabilkan harga. Apalagi kenaikan minyak goreng yang saat ini belum juga teratasi, membuat pedagang agak putus asa dengan kinerja pemerintah.
Sangat beda dengan pemerintahan sebelumnya yang memiliki respon cepat jika terjadi kenaikan harga. Namun sekarang kenaikan harga sudah berlarut-larut, terutama sembako, namun pemerintah terkesan diam-diam saja. (hn)