Galeri UMKM di YIA |
TIDAK sedikit usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang memiliki kualitas bagus. Seumpama itu adalah makanan ringan, rasanya rata-rata sudah enak, namun sayangnya penjualannya masih seputaran produsen.
Pemilik usaha senantiasa dihadapkan pada pemasaran. Sebab, untuk dipasarkan secara global, banyak persyaratan yang harus dipenuhi, misalnya punya izin, berlabel halal, dan perlu tempat yang representatif serta lain sebagainya.
Mengurus sertifikat halal, mendaftar di Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) atau izin-izin lain barangkali tidaklah terlalu masalah, namun untuk menyiapkan galeri atau tempat khusus jelas membutuhkan biaya besar. Di Sumatera Barat, sewa satu petak ruko di area keramaian, misalnya butuh dana puluhan juta untuk satu tahun.
Di Yogyakarta, selain bisa dipasarkan kepada para pelancong, produk-produk UMKM juga difasilitasi oleh pemerintah setempat. Salah satu bentuk nyata dari bantuan tersebut, adanya galeri besar di Yogyakarta International Airport (YIA), Kulonprogo. Galeri yang terdapat di dalam area keberangkatan itu menampung ratusan produk UMKM.
UMKM yang ditampung di YIA tersebut selain kerajinan berupa souvenir, juga ada makanan dan minuman instan, seperti serbuk jahe merah, rempah uwuh, bakpia, dan lainnya. Begitu juga kerajinan souvenir, mulai dari alat penggaruk punggung, alat bantu pijat terbuat dari kayu, kalung, jam tangan kayu, tas, taplak meja, hingga batik tulis dan lainnya.
Ini yang diperlukan oleh UMKM, tidak cukup hanya kualitas bagus atau makanan enak, namun diperlukan pemasaran. Saat ini, pemasaran tidak saja dilakukan secara manual atau dengan membuka galeri, dijual di toko, outlet dan sebagainya, tetapi juga secara online.
Pemasaran secara online sangat membutuhkan sarana komputer atau gadged yang memadai. Kemudian yang tak kaah penting lagi adalah bisa berpromosi. Tapi sekali lagi yang harus diingat, jangan kecewakan konsumen. Pertahankan kualitas dan harga. Jangan berbeda foto pada promosi dengan barang yang diterima pembeli. (Sawir Pribadi)