PADANG, SWAPENA -- Naiknya harga cabai merah, minyak goreng, daging ayam ras, dan air kemasan, telah menyebabkan terjadinya inflasi di Kota Padang dan Bukittinggi, sebagai dua kota sampel inflasi untuk Sumatera Barat (Sumbar).
Keempat komoditas ini, dengan nilai andil inflasi masing-masing sebesar 0,26%, 0,09%, 0,03%, 0,02% (mtm). Komoditas cabai merah mengalami inflasi disebabkan oleh keterbatasan pasokan lokal akibat curah hujan yang tinggi.
"Sementara pasokan cabai merah dari Pulau Jawa terbatas, seiring belum masuknya masa panen raya," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumbar, Wahyu Purnama A, dalam siaran persnya, Selasa (2/11).
Ia mengatakan, peningkatan harga komoditas minyak goreng terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas CPO global yang lebih lanjut mendorong peningkatan harga sawit lokal. Selain itu, keterbatasan pasokan akibat penurunan produksi sawit di tengah cuaca yang buruk juga turut berdampak pada kenaikan harga minyak goreng.
"Sumbar tercatat mengalami inflasi pada Oktober 2021. Berdasarkan Berita Resmi Statistik yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS)," tambahnya.
Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) umum di Sumbar pada Oktober 2021 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,36% (mtm), atau meningkat dibandingkan realisasi September 2021 yang sebesar 0,10% (mtm).
Kelompok lain yang tercatat mengalami inflasi adalah kelompok transportasi dengan andil inflasi sebesar 0,11% (mtm). Inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara dengan andil sebesar 0,12% (mtm).
Angkutan udara mengalami kenaikan harga disebabkan oleh peningkatan permintaan di tengah penurunan level PPKM di Kota Padang dan beberapa kota di Sumbar, serta sebagian wilayah di Pulau Jawa sehingga lebih lanjut mendorong peningkatan mobilitas masyarakat.
Di sisi lain, inflasi lebih lanjut tertahan oleh deflasi pada komoditas bawang merah, tomat, telur ayam ras, mobil, dan emas perhiasan dengan andil deflasi masing-masing sebesar -0,05%, -0,04%, -0,04%, -0,03%, -0,02% (mtm).
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumbar secara aktif melakukan berbagai upaya pengendalian inflasi di daerah, terutama dalam rangka menjaga daya beli masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi di tengah Pandemi COVID-19
Program unggulan Toko Tani Indonesia Centre (TTIC) dari TPID Sumbar telah berhasil efektif mengendalikan harga di Sumbar. Inovasi penjualan yang dilakukan secara online juga mendorong kelancaran distribusi bahan pangan terutama pada masa pandemi ketika kebijakan PSBB dan PPKM diterapkan.
Nilai transaksi penjualan bahan pangan secara online tercatat terus meningkat didukung oleh sarana prasarana mobil box keliling dan kerjasama perusahaan transportasi online. Optimalisasi peran TTIC dalam pengendalian inflasi perlu terus ditingkatkan, salah satunya melalui penyelenggaraan kegiatan operasi pasar murah dari Dinas Pangan dalam bentuk 14.000 paket sembako bersubsidi 50% yang didistribusikan kepada masyarakat kalangan menengah ke bawah di wilayah Sumbar. Sementara itu, program unggulan Kabupaten Tanah Datar menyasar pada sisi hulu dalam pengembangan komoditas unggulan cabai merah dan bawang merah yang merupakan komoditas utama penyumbang inflasi di Sumbar. (hn)