BUKITTINGGI, SWAPENA -- Indonesia telah menjadi barometer Islam di dunia dan menjadi barometer keragaman dunia. Dengan keberagaman suku bangsa dan agama yang dimiliki, bangsa Indonesia masih mampu mencegah konflik antar umat beragama.
Oleh karena itu, untuk membangun persatuan dan kesatuan di ranah keberagaman yang berbeda-beda, maka diperlukan penguatan moderasi beragama, agar cara berpikir terhadap adanya kenyataan bahwa bangsa Indonesia di dalamnya hidup berdampingan satu sama lain, di mana masing-masing perorangan atau kelompok/komunitas berbeda agama dan keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan diri bangsa.
"Kemampuan memaknai keberagaman adalah fakta sosial yang akan menjadi modal hidup bersosial, dalam satu bangsa dan negara Indonesia, sehingga konflik dapat dihindari," kata Plt. Kakanwil Kemenag Sumbar, H.Syamsuir, saat membuka acara Focus Group Discussion (FGD) koordinasi kelembagaan persiapan tahun toleransi Kemenag Sumbar di Hotel Grand Rocky Bukittinggi, Minggu (3/10).
Ia mengatakan, melalui FGD diharapkan aspirasi dan ide-ide serta gagasan dalam rangka penguatan moderasi beragama dan pemiliharaan kerukunan umat beragama, akan terkumpul dan dapat dijadikan masukan bagi Kemenag untuk dapatt lebih mengintensifkan program-program kerukunan umat beragama. "Ada 8 provinsi yang melakukan kegiatan yang sama," tambahnya
Sementara Ketua Panitia/Kasubag Ortala, Fauqa Nuri Ichsan, mengatakan kegiatan FGD bertujuan untuk peningkatan indeks KUB, khusunya Sumbar. Selain itu juga untuk peningkatan dan penguatan sumber daya penggerak KUB di Sumbar sebagai agen moderasi beragama.
"Juga meningkatkan pemahaman kepada tokoh agama dan tokoh masyarakat, serta organisasi keagamaan tentang urgensi moderasi agama," katanya.
Tujuan lain, untuk mengeksplorasi ide-ide dan gagasan tentang penguatan moderasi beragama dari kalangan masyarakat, dalam menyongsong tahun toleransi 2022. (hn)