ADA kesan seram dan menakutkan dari pernyataan Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi yang akan menyiapkan lokasi isolasi terpusat di sebuah pulau bagi pasien Covid-19 tanpa gejala. Walau dalam penjelasannya agar pasien bisa bahagia, bebas beraktivitas yang pada akhirnya mempercepat kesembuhan, namun menempatkan mereka di sebuah pulau tetap saja terkesan seram.
Pertanyaannya, kenapa mesti di sebuah pulau? Bagaimana pun, pulau adalah kawasan yang terletak di tengah lautan. Sekelilingnya air laut yang akan membuat orang tidak ‘merdeka’ bahkan bisa menambah beban psikologi bagi para pasien. Akibatnya, jangankan lekas sembuh, bertambah sakit malah yang akan terjadi.
Menempatkan pasien Covid-19 di Pulau identik dengan pengasingan. Sebagus dan selengkap apapun fasilitas, diyakini tidak akan membuat betah pasien OTG. Setiap hari yang dipikirkan pasien bukan saja soal virus yang terdapat di tubuh mereka, tetapi juga ada hal lainnya.
Apa itu? Salah satu di antaranya adalah ancaman tsunami. Bukankah Kawasan Barat, Sumatera Barat berpotensi terhadap ancaman tsunami di kala gempa berkekuatan besar? Siapa yang bisa menjamin tidak akan terjadi gempa di saat para pasien OTG Covid-19 sedang menjalani isolasi terpusat di tengah pulau?
Jika demikian keadaannya, kenapa Pemerintah Provinsi Sumbar tidak menerima tawaran dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) beberapa waktu lalu yang menyiapkan kapal untuk isolasi terapung. Ini jauh lebih baik ketimbang harus jauh-jauh ke pulau di tengah lautan luas.
Isolasi di dalam kapal, membuat pasien Covid-19 jauh lebih merdeka dibandingkan di pulau. Setidaknya mereka masih bisa memandang daratan atau melihat keluarga dan sanak famili walau dibatasi dinding kapal. Di pulau mana bisa demikian!
Satu hal lagi, isolasi terpusat di kapal juga akan menambah pengalaman masyarakat yang tengah terpapar virus Corona. Terutama masyarakat yang belum pernah naik atau tidur di atas kapal, akan bercerita kepada keluarga dan teman-teman mereka bahwa Corona telah mengajak mereka naik dan tidur di kapal. Kalau bukan karena Corona, belum tentu bisa menikmati kapal.
Oleh karena itu, alangkah bijaknya Pemprov Sumbar atau Satgas Covid-19 daerah ini untuk mempertimbangkan kembali rencana ‘memulaukan’ pasien OTG. Alangkah lebih baik dipergencar saja edukasi akan bahaya virus tersebut kepada masyarakat supaya tidak terinfeksi.
Mudah-mudahan rencana ‘memulaukan’ pasien Covid-19 yang tanpa gejala itu hanyalah sebatas gertak atau bagian dari sosialisasi bahaya visrus Corona saja. Mudah-mudahan juga pemerintah daerah ini melalui Satgas Covid-19 telah meneima tawaran BNPB untuk isolasi terapung di atas kapal. Lebih dari itu, semoga kesadaran masyarakat Sumbar mematuhi protokol kesehatan semakin tinggi, sehingga akhirnya Covid-19 di Sumbar semakin menurun, menurun dan lenyap. Semoga! (Sawir Pribadi)