PADANG, Swapena -- Ikatan Alumni SMA Bunda (Ikasmanda) Padang menolak adanya MoU terkait pelepasan (melepas) SMA Bunda ke SMA 1 Padang. Mereka berharap perjanjian itu bisa ditangguhkan karena pembangunan SMA Bunda dulunya adalah misi perantau minang untuk membantu anak-anak kurang mampu di kampung halaman, dan hal itu harus tetap dilanjutkan di kemudian hari.
"Kalau memang melepaskan SMA Bunda ke SMA 1 Padang, alumni jelas kecewa. Apalagi kami juga sudah mendengar kabar kalau telah ada kesepakatan MoU terkait pelepasan aset SMA Bunda ini," kata Ketua Umum Ikasmanda, Mardi Senin (30/8).
Menurutnya, adanya Yayasan Bunda ini bukanlah hak milik perseorangan. Yayasan ini dibuat dengan hasil rintisan para perantau minang, yaitu himpunan ibu-ibu minang di Jakarta sekitar tahun 80-an. Kemudian, dibangunlah SMP dan SMA Bunda, yang kemudian menjadi ruang belajar bagi anak-anak kurang mampu di kawasan Ulak Karang dan sekitarnya. Tentu menurutnya, kehadiran SMA Bunda ini bukan saja soal nama, tapi juga tentang tujuannya menyediakan akses pendidikan bagi anak-anak kurang mampu dan terlantar.
Terkait pelepasan SMA Bunda ini sebelumnya para alumni sudah mencoba berkomunikasi dengan pihak sekolah, tapi tidak ada tanggapan. Dia pun juga menyebut sudah mengirimkan surat ke pihak tersebut, tapi ternyata sudah diterima saja kabar kalau MoU pelepasan SMA Bunda ke SMA 1 sudah ditandatangani.
"Kami akan terus berupaya mempertahankan 'rumah besar' kami. Kami harap SMA BUnda tidak lepas ke SMA 1," kata Mardi.
Pertemuan itu juga dihadiri sejumlah alumni SMA Bunda lintas angkatan. Antara sedih dan marah, mereka menyampaikan perasaannya, bagaimana agar SMA Bunda tidak hilang. Mereka ingin tetap sekolah itu ada dengan aktivitas belajar mengajar.
Lebih lanjut, Ketua Tim Penyelamat SMA Bunda, Bay Kati menyebutkan, ada sejumlah hal yang dituntut para alumni kepada pihak sekolah dan juga dinas pendidikan. Pertama, alumni ingin MoU tersebut bisa dicabut atau ditangguhkan. Kemudian dia juga mengatakan, pihak alumni meminta pihak sekolah dan juga semua pihak yang terlibat dalam perjanjian kerjasama itu bisa menghadirkan surat bukti dari lima pendiri Yayasan Bunda. Karena menurutnya, tanda tangan yang ada di MoU hanya satu orang pendiri yayasan, yang kini tinggal di Jakarta.
Padahal menurutnya masih ada beberapa orang lain yang bisa diminta tanggapannya soal pelepasan SMA Bunda ini. "Kemudian, alumni bukannya tidak peduli. Kami telah beberapa kali melakukan kegiatan dan juga ikut membantu prasarana sekolah, seperti pengadaan komputer, jam dinding dan sebagainya," kata Bay.
Tak hanya itu, untuk mencukupi data pokok anak didik, para alumni juga sudah berupaya mengumpulkan sebanyak 50 orang calon siswa untuk tahun ajaran 2021/2022. Terdiri dari anak putus sekolah dan anak-anak di panti asuhan kawasan Ulak Karang, tapi kalau sekolah sudah tidak ada, tentu sia-sia perjuangan mereka. Apalagi segala biaya sekolah anak-anak tersebut juga rencana ditanggulangi para alumni.
"Karena itu, kami menolak ada MoU pelepasan SMA Bunda ke SMA I Padang. Alumni sudah berbuat untuk mempertahankan sekolah ini," tegasnya.
Ia juga berharap pengurus di Yayasan Bunda bisa terbuka dengan kondisi yang terjadi ini. Keputusan ini pun katanya jelas akan berdampak kepada 14 guru non PNS yang biasanya mengajar di sekolah itu. Dia pun tidak ingin nasib SMA Bunda ini sama dengan SMP Bunda yang pada tahun lalu segala aset bergabung ke SMP 40 Padang. Diketahui juga, sampai saat ini SMA Bunda telah menghasilkan sekitar 20 ribu orang lulusan dari 37 angkatan yang telah menamatkan pendidikan. (why)