PADANG, Swapena -- Pemerintah tetangga menyatakan siap membantu pasokan oksigen medis untuk Sumatera Barat. Bahkan Sumatera Selatan menyatakan membantu berapapun kebutuhan Sumbar.
Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi mengatakan, selain Sumsel, dua provinsi tetangga lainnya, yakni Riau dan Sumatera Utara juga menyatakan kesediaannya membantu pasokan oksigen untuk Sumbar. Dengan adanya bantuan provinsi tetangga tersebut diharapkan persoalan kekurangan stok oksigen medis bisa teratasi.
"Tadi saya sudah komunikasi dengan Gubernur se-Sumatera secara virtual dan alhamdulillah Provinsi Riau, Sumsel dan Sumut, akan memberikan bantuan untuk Sumbar. Bahkan Sumsel bisa memberikan berapapun yang diperlukan, tinggal kita lagi yang menjemput. Tadi sudah saya minta langsung dinas terkait, seperti perdagangan, perhubungan dan BPBD untuk memfasilitasi ini," ungkap Mahyeldi, disela tinjauan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Pariaman, Rabu (28/7).
Atas bantuan dari provinsi tetangga tersebut, Gubernur menyampaikan terima kasih sudah bersedia memberikan oksigen kepada Provinsi Sumbar, karena Sumbar ini sangat kekurangan oksigen. Bantuan ini kata Buya Mahyeldi, akan menyelamatkan ribuan jiwa pasien Covid-19 di Sumbar yang tersebar di 19 kabupaten/kota.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Sumbar Arry Yuswandi menyebut, Pemprov Sumbar juga mengambil langkah strategis dengan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Oksigen Sumbar yang akan fokus pada persoalan oksigen. Termasuk juga untuk mengatur rencana penjemputan bantuan oksigen dari provinsi tetangga.
"Untuk oksigen, supply kita memang kurang, bukan kita saja. tapi hampir seluruh daerah, khususnya di Jawa. Jadi langkah kita adalah akan siapkan Satgas Oksigen Sumbar, tinggal menunggu SK saja dan koordinatornya Pak Sekda," ujar Kepala Dinas Kesehatan, Arry Yuswandy.
"Saat ini kebutuhan kita 500 ribu kubik perbulan. Tapi seiring dengan penambahan fasilitas isolasi covid di Asrama Haji Padang dan Rumah Sakit Paru Padang Pariaman, kebutuhan tentu juga meningkat. Jadi kita terus menghitung berapa kebutuhan real kita, apalagi masih banyak fasilitas rujukan Covid-19 yang belum memberikan datanya," ungkap Arry. (kmf)