"Tidak ada penghapusan pembelajaran sejarah, sejarah masuk mata pelajaran wajib " kata Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Dr.Sumardiyansyah Perdana Kusuma di STKIP PGRI Sumbar Minggu (20/6).
Sumardiyansyah yang kebetulan ada kunjungan ke Sumbar didaulat menjadi nara sumber pada Forum Grup Diskusi (FGD) oleh AGSI Sumbar yang diketuai Ety Kasyanti. FGD itu di buka oleh ketua Ikatan Alumni (Iluni) Sejarah IKIP/UNP Khairul Jasmi. Selain dihadiri oleh 100 orang guru sejarah, acara yang didukung oleh Prodi Sejarah STKIP PGRI Sumbar dihadiri oleh ketua STKIP Prof Dr. Ansofino, ketua Asosiasi Sejarawan Sumbar (ASSB) Barlius, Kabid SMK Dinas Pendidikan Raymond, para dosen Sejarah baik dari UNP maupun STKIP.
Pertengahan tahun 2020 lalu sempat berkembang wacana penghapusan mata pelajaran sejarah dalam kurikulum sehingga mengundang reaksi. AGSI yang diketuai Sumardiyansah termasuk keras "memperjuangkan" menantang upaya eliminasi pembelajaran sejarah. Sumardiyansyah dan ribuan guru sejarah di Indonesia melakukan "perlawanan" dengan argumentatif.
"Kita berbicara dengan DPR, pemerintah dan Menteri Pendidikan, kita sampaikan bahwa sejarah tidak mungkin dipisahkan dalam kehidupan manusia , pembelajarannya juga sangat penting, akhirnya argumentasi kita diterima, pelajaran sejarah menjadi mata pelajaran wajib " katanya.
Karena itu, pihaknya mengingatkan siapa pun di negeri ini jangan sampai ada yang menghilangkan pembelajaran sejarah. " Kita guru sejarah siap menyampaikan protes jika itu dilakukan, kita akan mengadakan perlawanan dengan argumen, tapi Alhamdulillah saat ini kita sudah menang" kata guru Sejarah di sebuah SMA Negeri di Jakarta.
Di sisi lain Sumardiyansyah mengatakan, walaupun menjadi pelajaran wajib, guru sejarah tidak bisa memaksa anak belajar sejarah. "Guru umumnya ego sektoral, memaksakan agar anak menyukai mata pelajarannya, itu pasti berat. Tapi Guru Sejarah harus bisa menciptakan situasi agar anak belajar sejarah " ujarnya
Untuk itu kata Sumardiyansah, kini saatnya guru sejarah melakukan Revolusi Pembelajaran Sejarah. Kita butuh perubahan cepat dalam proses pembelajaran sejarah. Kita harus bisa jadikan sejarah adalah alat pemersatu sebagai bangsa. Sejarah dibangun dari dalil sejarah. Sejarah ialah hasrat memori kolektif yang mempersatukan dan mengikat kita sebagai bangsa. Sejarah sebuah imajinasi yang dibangun dari masa lalu, bergerak sekarang dan membentuk masa depan.
Revolusi sejarah sebagai kebutuhan perspektif kekinian hasil refleksi masa lalu. Karena itu, sejarah jangan sebatas doktrin dan jangan sebatas membanggakan masa lalu, tapi dikaitkan dengan konteks sekarang untuk memproyeksikan masa depan. Masa lalu menjadi stimulus dan motivasi bagi generasi menuju masa lalu.
Orientasi belajar bukan hasil belajar tapi harus kompetensi. Guru harus mampu mengajak anak anak berfikir sejarah secara kompeten. Guru tidak menuntut capaian nilai berapa, tapi harus bisa melakukan apa.
Sebelum presentasi Presiden AGSI, berpidatolah ketua panitia FGD Ety Kasyanti, ketua ASSB Barlius, Ketua STKIP PGRI Sumbar Prof DR. Ansofino dan ketua Iluni Sejarah Khairul Jasmi.
"Kegiatan selain luar jaringan sesuai prokes, juga diikuti oleh para dosen dan guru sejarah secara virtual," kata Ery Kasyanti.
Sedangkan Barlius mengatakan, "pembelajaran sejarah telah terbukti membentuk karakter peserta didik. Kita harus dengan sungguh sungguh menjadikan pelajaran sejarah untuk membentuk jati diri anak didik" katanya.
Ansofino menjelaskan STKIP tak kalah seriusnya mempersiapkan guru guru sejarah yang memiliki multi talenta. " Kita terus meningkatkan kualitas perguruan ini, sejarah termasuk jurusan favorit di STKIP " Katanya.
Ketua Iluni Sejarah Khairul Jasmi yang tenar dengan nama Kaje, memuji AGSI Sumbar yang bisa mengadakan FGD dengan menghadirkan Presidennya sekalian. " Tak banyak asosiasi guru mata pelajaran yang bisa membangun jejaring dan memiliki jejaring untuk meningkatkan kualitas dan karir, memiliki jejaring dan berusaha memperkenal Indonesia kepada dunia. (mkd