Ustaz Supriadi tengah berceramah. |
LUBUK BASUNG, Swapena -- Tradisi "Tutup Surau" menjelang Ramadhan di Titisan Tunggang, Nagari Sungai Jariang, Kabupaten Agam kedengarannya aneh. Tapi itulah yang dilakukan oleh jamaah Masjid Asy Syuarak yang terletak hanya beberapa kilometer saja dari kantor bupati Agam di Lubuk Basung.
"Menutup surau" di masjid ini maksudnya bukan menghentikan aktifitas shalat dan semua kegiatan di surau atau masjid, tetapi yang dihentikan adalah proses belajar mengajar mengaji di Tempat Pendidikan Alquran (TPA) masjid itu selama Ramadhan 1442 Hijriyah.
Pengurus Masji Asy Syuarak Titisan Tungang, Heppy Kusnandar di Lubuk Basung, mengatakan kegiatan menutup surau itu diadakan pada Sabtu (3/4) malam lalu. Mulai hari itu, proses belajar mengajar santri TPA dihentikan selama Ramadhan dan bakal dimulai lagi setelah Lebaran. "Saat membuka surau, akan dilakukan acara serupa dengan yang lebih meriah," katanya
Ia mengatakan, kegiatan selama tutup surau adalah pembacaan ayat suci Alquran, penampilan lagu kasidah, pidato, membaca ayat, ceramaah agama oleh Ustaz Supriadi.
Setelah ceramah agama, dilanjutkan makan bersama seluruh jamaah dan santri. "Hidangan itu berasal dari sumbangan jamaah masjid," katanya.
Ia menambahkan, tutup surau merupakan tradisi masyarakat di Titisan Tungang semenjak 1970.
Tutup surau itu dalam rangka untuk mengevaluasi kemampuan dari santri mulai dari bacaan Alquran, ayat pendek selama satu tahun dan lainnya. "Kegiatan ini setiap tahun kita adakan menjelang memasuki Ramadhan," katanya.
Selama Ramadhan tahun ini, tambahnya, pelaksanaan Shalat Tarawih tetap dilakukan dengan memberdayakan penceramah agama dari Titisan Tungang dan tidak memakai ustad dari luar dalam mencegah penularan Covid-19.
Penceramah Supriadi menambahkan penampilan dari santri sudah cukup bagus dan orang tua harus bersyukur dengan kemamampuan yang dimiliki anak. "Mari kita dorong anak-anak meningkatkan kemampuan baca Alqurannya " katanya. (mkd)