INI adalah kali ke sekian Jam Gadang Bukittinggi berselimut di malam pergantian tahun. Kedinginankah dia?
Tidak! Jam Gadang tidak kedinginan dan tidak akan pernah kedinginan. Karena Jam Gadang memang sudah terbiasa di suhu yang lebih dingin.
Lalu kenapa Jam Gadang berselimut? Mungkin ini sebagai aplikasi dari Surat Edaran Gubernur Sumatera Barat nomor 06/ED/GSB-2020 tentang Pengendalian Kegiatan Masyarakat untuk Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid19). Dalam poin pertama SE tersebut dinyatakan: "Menutup objek daya tarik wisata mulai 31 Desember 2020 sampai dengan 3 Januari 2021.
Yang diharapkan dengan adanya SE tersebut, orang tidak lagi ramai di objek wisata yang dikhawatirkan bisa menimbulkan klaster penyebaran virus Corona. Lalu, apakah dengan menyelimuti Jam Gadang sudah tepat? Bagaimana warga sekitar mempedomani waktu karena jamnya ditutup?
Mungkin saja menurut pejabat setempat menyelimiti Jam Gadang sudah tepat, tapi di sisi lain bisa menimbulkan asumsi beda. Bahkan jangan-jangan ada pula yang sengaja datang ke kawasan itu lantaran ingin menyaksikan Jam Gadang berselimut dari dekat, lalu masyarakat ramai-ramai melihatnya.
Pertanyaannya, kenapa tidak cukup dengan menutup akses ke arah Jam Gadang saja? Barangkali upaya ini lebih efektif dari menyelimuti ikon wisata Bukittinggi tersebut.
Mungkin pertimbangannya terganggu ekonomi di kawasan Pasa Ateh dan pusat perbelanjaan modern yang ada di kawasan itu. Rasanya, demi masyarakat banyak, demi memutus mata rantai pandemi Covid-19, semua pihak memang harus mau berkorban.
Merujuk SE Gubernur tersebut, lebih ditekankan pada penutupan objek wisata dan pelayanan rumah makan/restoran. Sementara ada potensi lain yang luput, yakni mengatur operasional mal dan pusat perbelanjaan lainnya. Bukankah itu juga juga punya potensi penyebaran virus Corona?
Entahlah! Kepala yang sama berbulu, pendapat berlain-lain. (Sawir Pribadi)