TAHAPAN Pilkada serentak 2020 sudah hampir masuk pada babak penentuan. Jika tidak ada perubahan mendasar, sepekan lagi masa kampanye berakhir dan selanjutnya masuk masa tenang. Setelah masa tenang, persis pada 9 Desember 2020 para wajib pilih akan masuk bilik suara untuk menentukan pemimpin daerah, baik pasangan gubernur, bupati atau walikota.
Selama masa kampanye sejak 26 September 2020 lalu, hingga sekarang masing-masing calon kepala daerah bersama timnya sudah mempromosikan diri. Jelas berbagai kelebihan dan aneka program ke depan telah ditawarkan ke hadapan masyarakat.
Kampanye memang mempromosikan masing-masing calon kepada masyarakat. Karena, memang masyarakatlah nantinya yang akan mengambil keputusan memilih siapa yang mereka suka di bilik suara.
Kampanye identik dengan promosi atau iklan. Semakin bagus narasi dan kemasan yang ditampilkan, akan semakin menarik bagi masyarakat. Lihatlah iklan-iklan produk di televisi atau media cetak. Di sinilah peran tim kreatif sangat diperlukan.
Namun perlu dicatat, promosi atau iklan yang menarik belum bisa menjamin masyarakat memilihnya. Banyak faktor lain yang membuat masyarakat mengambil keputusan untuk memilih produk yang tadi ditawarkan, mulai dari faktor objektif hingga faktor subjektif. Begitu juga dengan promosi calon kepala daerah.
Dari sekian banyak calon kepala daerah, baik pasangan calon gubernur maupun pasangan calon bupati dan walikota, saat ini sudah ada rekamannya oleh masyarakat yang akan memilih. Mereka sudah menilai mana yang cocok dan mana yang tidak cocok.
Satu hal yang perlu dicatat bahwa masing-masing daerah hanya butuh satu pasangan. Artinya, berapapun banyaknya calon di satu daerah saat ini, hanya satu pasang saja yang akan dilantik menjadi kepala daerah. Sedangkan yang lainnya akan kembali menjadi rakyat. Yang akan dilantik jelas pengumpul suara terbanyak atau yang menang.
Ibarat kompetisi atau pertandingan, hanya sang juara yang akan menggenggam piala. Sedangkan yang kalah, harus iklas dan siapkan mental menerimanya. Ini yang perlu ditanamkan dalam diri setiap pasangan calon dan timnya
Ya, semua pihak harus iklas menerima hasil terburuk, yakni kekalahan. Bukan saja pasangan calon, tapi juga tim sukses, relawan dan pendukung masing-masing calon harus siap menerimanya. Menerima kemenangan semua orang pasti siap, tapi untuk kalah banyak yang tidak siap.
Diakui, kalah memang tidak enak, bahkan sangat menyakitkan. Apalagi dalam kompetisi untuk jadi kepala daerah yang berbiaya sangat mahal. Namun potensi kalah itu pasti ada, di samping potensi menang tentunya, maka sekali lagi mari siapkan mental.
Mari tegakkan demokrasi dengan prinsip siap menang dan siap kalah. Mari buktikan bahwa Sumatera Barat adalah daerah paling demokratis di Indonesia. Mudah-mudahan Pilkada serentak 2020 ini menghasilkan pemimpin yang akan membawa perubahan signifikan bagi masing-daerah, mulai dari kabupaten/kota hingga provinsi. Kuncinya tentu memilih calon kepala daerah yang tepat. Jika tidak tepat, maka lima tahun ke depan kita berada dalam penyesalan. Jangan sampai ini terjadi! (Sawir Pribadi)