Sawir Pribadi |
LEBIH seminggu terakhir, kurva kasus corona Covid-19 di Sumatera Barat mengerucut. Pergerakan penambahan pasien positif boleh dikatakan sudah melambat. Sebaliknya pertambahan pasien yang sembuh makin besar.
Sebagai gambaran perkembangan pasien positif Covid-19 di Sumatera Barat, pada 20 Juni ada penambahan sebanyak 3 orang, kemudian tanggal 21 Juni tambah 4 orang. Kemudian tanggal 23 Juni ada tambahan 5 orang, tanggal 24 sebanyak 3 orang dan tanggal 25 kemarin tambah lagi 2 orang. Artinya beberapa waktu terakhir pergerakan tambahan pasien positif sudah satu digit.
Kita tentu sangat patut bersyukur, karena semakin sedikit korban yang jatuh oleh keganasan virus corona ini. Akan semakin kita syukuri lagi ketika melihat kenyataan bahwa pasien yang sembuh dari Covid-19 semakin besar. Harapan seterusnya tentulah tidak ada lagi korban positif dan yang positif disembuhkan semuanya oleh Allah SWT.
Terkait semakin landainya kurva kasus Covid-19 di Sumatera, masyarakat tidak boleh eforia. Sebab, virus itu masih di sini. Jika tidak waspada dan tidak hati-hati, bisa meledak lagi.
Potensi untuk meledak kembali cukup besar. Lihatlah di tengah masyarakat, banyak di antaranya yang sudah lupa bahwa negeri ini tengah dalam ancaman wabah. Semua sudah bebas sebagaimana layaknya sebelum kasus ada. Pasar ramai, jalanan macet, kafe-kafe penuh, mal juga ramai dan seterusnya yang kesemuanya itu punya potensi bagi penyebaran virus corona.
Sekarang, pesta pernikahan juga telah boleh digelar oleh masyarakat di beberapa daerah, termasuk di Kota Padang yang tingkat pertambahan pasien positif masih banyak. Tingginya rasa gembira membuat sebagian orang lupa untuk membatasi diri. Tak ada lagi jaga jarak, tak ada lagi batasan bersalaman dan juga tak ada lagi masker. Kalaupun ada yang membawa masker, itupun dijadikan 'kalung' dan bahkan memang ada yang tidak membawa masker dama sekali. Ini semua adalah potensi korban virus bakal muncul lagi.
Agaknya sebagian di antara kita lupa bahwa sekarang adalah masa new normal. Masa new normal bukanlah normal sebagaimana layaknya negeri ini tidak dalam wabah. New normal itu adalah normal dalam keterbatasan. Sekali lagi ada pembatasan.
Masyarakat memang sudah bisa bebas ke pasar, ke mal, ke kafe, beribadah di masjid atau tempat ibadah lainnya atau bahkan melakukan pesta pernikahan, karena semuanya sudah dibolehkan, namun semuanya harus dibatasi. Duduklah di restoran atau di kafe atau lapau kopi, tapi harus menjaga jarak dan jangan lupa mengenakan masker. Pergilah ke mal, tapi tetap pakai masker. Lakukanlah syukuran atau pesta pernikahan, tapi juga harus mematuhi protokol kesehatan seperti jaga jarak antara satu dengan lainnya, menggunakan masker, tuan rumah menyediakan sarana cuci tangan dan lain sebagainya.
Ingat, negeri ini belum merdeka dari ancaman virus corona, makanya semua harus dilakukan dengan tetap mengacu pada protokol kesehatan. Jangan ada yang alergi atau bosan dengan semua protokol kesehatan covid tersebut. Sebab, semuanya adalah untuk kita dan orang banyak.
Oleh karena itu, marilah selalu kita patuhi aturan-aturan dalam protokol kesehatan dimaksud, seperti memakai masker ketika berada di luar rumah, menjaga jarak aman dengan orang lain, tidak berjabat tangan dulu, biasakan cuci tangan di air mengalir atau memakai hand sanitizer setiap sesudah memegang sesuatu di tempat umum dan lain sebagainya.
Sekali lagi ingat, corona masih di sini. Ia tengah mengintai siapa saja yang lengah. Maka, waspadalah! (Sawir Pribadi)