Oleh: Sawir Pribadi. |
ANGKA korban virus corona atau Covid-19 di Indonesia terus bertambah. Hingga kemarin, tercatat sebanyak 4.557 orang dinyatakan positif. Begitu juga di Sumatera Barat, hingga sore kemarin, jumlah positif Covid-19 sudah mencapai 45 orang.
Kondisi demikian telah merontokkan sendi-sendi kehidupan manusia. Orang-orang tak lagi beraktivitas. Kebanyakan sudah di rumah sebagaimana anjuran pemerintah. Ada yang masih bisa bekerja dari rumah, namun banyak yang tidak bisa berbuat apa-apa.
Orang-orang yang mau mengikuti anjuran pemerintah tentulah yang menyadari dengan sepenuh hati akan bahaya virus Covid-19 yang telah membunuh ribuan orang di dunia. Karena pada dasarnya, keluar dari rumah adalah mengandung dua risiko. Pertama risiko tertular dan yang kedua risiko menularkan atau sebagai carry.
Keduanya sama-sama berbahaya. Sebab, tertular dan menularkan potensinya sama besar. Virus itu tidak terhenti pada seseorang. Ia secara berantai akan terus memangsa siapa saja, tanpa memandang status sosial, gemar, pangkat dan jabatan. Mulai dari rakyat kecil hingga pejabat tinggi bahkan kepala negara bisa dimangsanya. Sepintar-pintar dokter dan tenaga mengobati atau merawat pasien Covid-19 pun bisa menjadi korban.
Begitulah ganasnya virus Covid-19 tersebut. Karenanya tiap saat ia senantiasa menelan korban. Lihatlah, Indonesia yang 34 provinsi saat ini telah dikuasainya.
Orang-orang yang menyadari kebuasan Covid-19 tersebut dipastikan mengikuti anjuran pemerintah, seperti berdiam di rumah, tidak keluar, jika keluar mengenakan masker dan selalu menjaga jarak aman. Intinya ada rasa takut menjadi korban dan penyebar virus dimaksud.
Sebaliknya, kita tak bisa menutup mata hingga saat ini masih banyak di antara masyarakat yang belum mematuhi arahan pemerintah. Masih banyak yang tidak bertahan di rumah. Masih banyak yang beraktivitas di luar tanpa menggunakan masker, sarung tangan dan lain sebagainya. Ini tentu sangat memprihatikan kita semua.
Adanya masyarakat yang tidak atau belum mematuhi arahan pemerintah itu bisa saja karena kurang paham atau mungkin juga akibat faktor ekonomi, sosial dan lainnya. Namun apapun alasannya, semua kita harus punya tekad yang sama untuk memutus rantai penularan virus Covid-19 dimaksud.
Satu-satunya cara untuk membuktikan kesamaan tekad itu adalah dengan mematuhi anjuran pemerintah. Jika selama ini pemerintah menganjurkan di rumah, maka mari kita di rumah saja. Bagaimana dengan yang harus keluar rumah? Pemerintah juga sudah memberikan solusi, yakni dengan menggunakan masker sebagai alat pelindung diri.
Khusus bagi saudara kita yang pulang kampung atau pendatang dari daerah yang telah terpapar Covid-19, perlu melakukan isolasi diri sebagaimana protokol kesehatan yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan. Bukan karena apa-apa, melainkan sebagai langkah antisipasi dari kemungkinan terburuk. Kita pasti tidak mau tertular dan juga tidak mau sebagai penular, bukan?
Jika memang kita punya tekad yang sama untuk memutus rantai penularan virus Covid-19, maka tak ada cara lain, harus ikuti arahan pemerintah. Bila tidak, bisa dipastikan 'peperangan' ini akan semakin lama.
Jika perang semakin lama, jelas akan semakin banyak korban. Tak hanya korban amunisi atau biaya, tetapi yang terpenting adalah korban jiwa.
Oleh karena itu, apabila memang sayang dengan diri sendiri, sayang dengan keluarga, tetangga, orang kampung dan seterusnya, maka ikutilah arahan dari pemerintah.
Setelah semua dilakukan, mari serahkan pada Allah, karena semua yang terjadi adalah atas izin Allah. Dengan demikian kita berharap durasi 'perang' bisa dipersingkat dan semoga virus mematikan ini bisa sirna dari bumi yang kita cintai ini. Semoga! (*)