Faktual dan Berintegritas

Sawir Pribadi. 

RIBUAN  perantau Sumatera Barat sejak beberapa hari terakhir sudah berada di kampung masing-masing. Mereka pulang dari rantau dengan menggunakan transportasi udara dan darat, baik bus maupun kendaraan pribadi.

Pulangnya perantau kali ini memang beda dengan kepulangan  sebelum-sebelumnya. Jika selama ini kepulangan perantau rata-rata dipicu karena kerinduan terhadap keluarga, sanak saudara dan kampung halaman, namun kali ini tidak semua demikian. Banyak yang pulang kampung karena di rantau tak  ada lagi yang akan dikerjakan. Tempat-tempat bekerja ditutup untuk waktu yang tidak pasti.

Pemerintah di daerah rantau mengharuskan tinggal di rumah saja. Ini pasti menimbulkan kejenuhan. Sementara biaya hidup jalan terus.

Di lain pihak, saat sendiri atau dalam 'terkurung' pasti ingat keluarga di kampung halaman. Apalagi yang masih punya orangtua, maka kerinduan tak akan bisa dibendung.

Kebijakan pemerintah rantau menyuruh warganya tetap di rumah saja lantaran sedang berjangkitnya wabah corona atau Covid-19. Sementara di kampung terdengar masih aman, maka inilah yang memotivasi para  perantau berbondong-bondong pulang kampung.

Sebaliknya, mereka mungkin lupa bahwa Sumatera Barat juga tengah berjuang memerangi serangan virus Covid-19. Di Sumatera Barat juga sudah jatuh korban sebagaimana terjadi di rantau.

Terkait itu, sejak pekan lalu pemerintah Provinsi Sumatera Barat bersama pemerintah kabupaten/kota sudah mengimbau para perantau agar menahan diri untuk tidak pulang kampung terlebih dahulu. Namun apa daya, seruan kampung lebih kuat mengalahkan seruan pemerintah, akhirnya banyak juga yang pulang kampung.

Kini ribuan perantau sudah berada di kampung masing-masing. Pemerintah daerah ini sudah mengeluarkan aturan agar para dunsanak yang pulang kampung tersebut mau melakukan karantina mandiri selama 14 hari.

Aturan ini perlu dipatuhi oleh  semua perantau yang pulang kampung. Tujuannya untuk semua, demi orangtua dan sanak saudara. Sekiranya ada virus-virus jahat tersebut yang terbawa dari rantau, dengan karantina tidak menular ke keluarga lainnya.

Ingat dan pahamilah, jika satu anggota keluarga saja tertular, maka bisa dipastikan menyebar ke siapa saja yang bersentuhan atau berinteraksi. Bukankah virus-virus itu tak bisa dilihat?

Makanya, jika memang sayang dengan orangtua atau keluarga dan orang kampung, maka patuhilah aturan yang dibuat oleh pemerintah daerah Sumatera Barat hingga aturan nagari masing-masing. Ingat filosofi Minang, bahwa 'di ma bumi dipijak, di situ langik dijujuang'. Di mana pun berada, musti patuhi tatanan yang ada di sana.

Kita  yakin semua perantau yang pulang sangat paham dengan peribahasa tersebut. Karena, hampir semua kesuksesan yang diraih  di rantau, salah satunya lantaran mengamalkan falsafah atau pepatah tersebut.

Untuk itu, mari sama-sama kita perlihatkan rasa sayang dan cinta pada kampung halaman  dengan mematuhi aturan mengkarantinakan diri di rumah masing-masing. Begitu juga dengan pendatang lainnya diharapkan menyesuaikan diri dengan aturan yang ada di daerah ini.

Khusus perantau yang masih di daerah perantauan, sebaiknya ubungkan hasrat pulang kampung terlebih dahulu. Jika memang ada kerinduan, lebih baik obati dengan sarana komunikasi yang hari ini sudah begitu maju.

Dengan demikian, kita semua bisa memutus rantai penyebaran virus Covid19  tersebut. Semoga! (*)

 
Top