Mengintip Bawaan Keluarga Bako di Taratak Pauah, Solok
LAIN lubuk lain ikannya. Lain padang, lain belalang. Minangkabau kaya akan adat, tradisi dan budaya.
Adaik salingka nagari. Setiap nagari punya tradisi masing-masing. Semuanya tak lapuk oleh hujan dan tidak lekang oleh panas. Walau bertubi budaya asing yang masuk seiring perkembangan dan kemajuan teknologi informasi, namun tradisi dan budaya nagari di Minangkabau tetap lestari.
Adat, budaya dan tradisi nagari bisa disaksikan dalam berbagai kegiatan. Salah satu di antaranya adalah saat prosesi pernikahan.
Tradisi nagari yang kita lihat kali ini adalah pada prosesi pernikahan di Taratak Pauah, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok.
Di nagari ini, pihak bako atau keluarga bapak dari pengantin mendatangi rumah pengantin dengan sebuah tradisi. Mereka tidak datang begitu saja sebagaimana undangan lainnya tapi dengan sebuah tradisi pula.
Sebelum ke rumah pengantin keluarga bako biasanya berkumpul di rumah orang tua ayah dari pengantin perempuan. Masing-masingnya membawa sesuatu, tergantung kemampuan ekonomi, seperti piring dalam jumlah tertentu, gelas, termos air, termos nasi, mangkok, gelas, teko, dispenser, kompor gas, selimut, alas kasur, pakaian dan lain sebagainya. Pokoknya perlengkapan dapur hingga bilik.
Setelah barang-barang itu terkumpul, kemudian dibawa ke rumah anak daro atau pengantin perempuan. Keberangkatan keluarga bako tersebut juga bersama anak daro dan marapulai yang sebelumnya dijemput atau di antar ke rumah bakonya dimaksud.
Pihak keluarga bako ini berjalan beriringan menuju rumah atau lokasi pesta. Tak hanya kaum ibu, tapi termasuk juga kaum pria dan anak-anak.
Setiap kaum ibu menjunjung barang-barang yang telah dikumpul sebelumnya. Selain itu ada pula baki berisi makanan antara lain kue kambang loyang, pinyaram dan lainnya.
Untuk meriahnya iring-iringan bako tersebut, dimeriahkan tari piring dan pupuik. Penari piring diiringi pupuik melakukan atraksi sepanjang jalan hingga sampai di rumah pengantin perempuan. (sp)