BOGOR - Setiap aksi kemanusiaan, seorang atau sekelompok relawan menjadi garda terdepan untuk merealisasikannya. Aksi Cepat Tanggap melihat itu sebagai fakta istimewa yang patut diapresiasi. Jumat (4/1) lalu, ACT memberikan apresiasi terhadap 10 relawan terbaik, yang tergabung dalam Masyarakat Relawan Indonesia, di Pesona Alam Resort and Spa, Jalan Taman Safari, Cisarua, Bogor.
Vice President ACT Ibnu Khajar dalam siaran persnya mengatakan apresiasi tersebut berupa hadiah umroh. Relawan yang terpilih adalah mereka yang telah memberikan dedikasi kerja terbaiknya, waktunya, pikirannya, dan tenaganya untuk kemanusiaan. “Sistem pemilihannya kami menyaring MRI dari 34 provinsi menjadi 15 wilayah yang tampak paling aktif. Lalu, memilih lagi menjadi 10 wilayah dengan masing-masing satu relawan terbaiknya. Setiap relawan terbaik mendapat apresiasi berupa hadiah umrah gratis dari lembaga,” papar Ibnu. Momentum pemberian apresiasi kepada relawan terbaik sendiri menjadi pengalaman pertama bagi ACT. Kata Ibnu, tahun 2018 menjadi ekspansi besar-besaran bagi ACT di mana kolaborasi dan sinergi begitu digelorakan untuk mendukung aksi-aksi kemanusiaan. “Lembaga berpendapat, tak ada lagi yang bisa diajak berlari kencang untuk menyeimbangi visi dan misi lembaga selain para relawan. Kami berbangga hati atas itu, dan kami berterima kasih kepada mereka yang bersedia mewujudkan mandat besar demi kemanusiaan,” jelas Ibnu. Apresiasi yang diberikan ACT pun mendapat tanggapan haru bagi setiap relawannya. Mohammad Ghalib (65) salah satunya, ia mengaku tidak menyangka sama sekali ketika mendengar namanya dipanggil sebagai relawan terbaik. Apalagi dirinya masuk ke dalam nominasi yang mendapat hadiah umrah. “Masya Allah, sangat surprise bahagianya. Saya hampir menangis ketika naik ke panggung. Tanpa diduga, unbelievable,” kata Ghalib. Relawan sepuh yang lebih familiar disapa Mbah Ghalib sendiri adalah Ketua MRI Bojonegoro. Ghalib telah bergabung sejak tahun 2007, sekiranya 11 tahun sudah ia menjadi bagian bahkan penyumbang ide dari aksi-aksi kemanusiaan ACT, terutama di wilayah sekitar Bojonegoro. Namun, Ghalib menganggap dirinya belum cukup banyak mengerahkan upaya untuk kemanusiaan. “Saya hanya setetes air di samudera yang luas, banyak yang juga berdedikasi besar dalam dunia kerelawanan. Saya rasa, saya belum mumpuni untuk mendapat apresiasi itu,” tutur Ghalib. Tak hanya sampai di sana, Ghalib juga lanjut bercerita bahwa dirinya pernah tinggal di Mekkah selama 25 tahun. Kala itu ia sedang bekerja sebagai relawan yang memandu jamaah Indonesia yang ingin menunaikan ibadah aji. Ia tinggal di Mekkah bersama sang Istri dan anak-anaknya, sampai akhirnya pulang pada tahun 2007. “Jadi, nanti ketika berangkat umrah pasti akan merasa seperti pulang kampung karena separuh hidup mbah di sana. Karenanya terimakasih ACT atas apresiasi dan hadiahnya. Mbah amat-sangat bersyukur. Semoga ACT selalu dalam kejayaan dalam memanusiakan manusia dan mewujudkan peradaban yang lebih baik” pungkas Ghalib. (Rel) |